Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 09/01/2016, 11:18 WIB
EditorI Made Asdhiana
Saat ini, warga Bola menggunakan nama Watu Cruss di sejumlah media, seperti nama jalan, nama sekolah dasar, serta sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas.

Batu yang dibangun dengan ketinggian sekitar 5 meter persis di bibir pantai itu patah tahun 1992 saat terjadi gempa dan tsunami di Sikka. Warga kemudian mengganti dengan kayu ulin, tapi berbentuk salib yang sama.

Perjalanan menuju Pantai Doreng menyusuri pesisir Watu Cruss ke arah timur. Jalan sepanjang 10 kilometer menuju Doreng masih berlubang, berkelok, dan banyak tikungan tajam dan membahayakan. Tidak ada rambu-rambu lalu lintas di sepanjang jalan itu.

Ketika memasuki Bukit Nen Bura, tampak hamparan pasir putih sepanjang empat kilometer, dengan lebar ke arah daratan sekitar 70 meter. Di bagian pesisir pantai itu terlihat rimbunan pohon kelapa memanjang, mengikuti pantai pasir putih tersebut.

Tidak ada perahu nelayan yang sandar seperti di kebanyakan pantai lainnya. Warga sekitar tidak tahu melaut, kecuali berladang dan mengolah hasil perkebunan seperti kelapa.

Bernadus Kardiman (44), tokoh masyarakat Desa Nen Bura, Kecamatan Doreng, mengatakan, nama pantai itu sebenarnya Nen Bura, tetapi masyarakat Sikka pada umumnya lebih suka menyebut Pantai Doreng. Pantai terdapat di Desa Nen Bura. Kata nen bura berasal dari bahasa Sikka artinya pasir putih.

Tak diperhatikan

Kardiman menyebutkan, Pantai Doreng masuk dalam agenda pariwisata pemda, tetapi tidak pernah mendapat perhatian sama sekali. Jalan menuju pantai ini pun masih sangat buruk sehingga turis-turis yang berkunjung ke pantai mengeluhkan soal jalan.

Masyarakat sudah menyampaikan masalah jalan dan pembangunan pantai wisata ini, tetapi belum ditanggapi pemerintah kabupaten.

”Pantai ini ibarat gadis cantik yang belum dijamah,” kata Kardiman, sambil tersenyum.

Ia mengatakan, pada akhir tahun 2004, seorang turis berkebangsaan Inggris, yakni Steven Park, telah mengontrak tanah di pantai itu seluas satu hektar selama 20 tahun untuk membangun penginapan dan pusat hiburan.

Namun ketika terjadi Bom Bali II (2005), tempat hiburan dan karaoke milik Steven di Bali pun hancur berantakan. Steven pun menghentikan kegiatan di Pantai Doreng dan memilih pulang ke negaranya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+