Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sakura dari Sleman

Kompas.com - 11/01/2016, 18:27 WIB
LAHIR dan besar dalam lingkungan pembatik di Sleman, Yogyakarta, menjadikan Nuri Ningsih Hidayati (23) tak bisa jauh-jauh dari batik. Motif batik bergaya Jepang yang dikombinasikan olehnya dengan motif batik tradisional menghasilkan lembaran kain yang unik.

Nuri mengangkat motif-motif yang ”dekat” dengan Jepang, seperti bunga sakura, bunga khas Jepang. ”Bunga sakura itu bunga tidur saya. Lalu saya coba ikuti saja mimpi saya itu dan jadilah batik gaya Jepang,” ungkap Nuri yang pernah berpameran di Kemang, Jakarta Selatan.

Batik bergaya Jepang itu awalnya dibuat sebagai satu tugas akhir kuliah Nuri di Jurusan Kriya Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Bagi Nuri, bunga sakura adalah bunga indah dengan warna yang cantik. ”Saya sampai bercita-cita bisa berkunjung ke Jepang, menyaksikan bunga sakura yang bermekaran di musim semi.”

Namun, Nuri tak mau sekadar menuangkan motif bunga sakura secara mentah-mentah. Ia mengombinasikan dengan motif tradisional, seperti truntum.

”Warna-warna peach bunga sakura sangat menyatu dengan pewarna alami yang saya gunakan. Menghasilkan perpaduan motif dan warna yang menurut pasar unik dan eksklusif,” kata Nuri.

Dia mengakui, penggabungan motif tersebut memiliki tingkat kerumitan tinggi, terutama dari pewarnaan yang membutuhkan ketelitian, karena pengaplikasian warna sangat detail dan membutuhkan waktu cukup lama.

Meski begitu, Nuri sangat menikmati proses membatik yang dilakukannya. Apalagi respons pasar juga sangat positif. Beberapa batik bergaya Jepang karya dia telah dikoleksi sejumlah tokoh penting di Yogyakarta.

Warna alam

Awal tahun 2015, Nuri mendirikan usaha batik dengan nama Marenggo Natural Dyes Batik yang mengkhususkan pada batik dengan warna alam. Pilihan Nuri itu bermula dari kompetisi-kompetisi yang dia ikuti saat masih menjadi mahasiswa.

Selain kerap memenangi lomba desain batik tingkat daerah, Nuri juga meraih penghargaan sebagai Pembatik Muda Berkarya 2014.

”Setiap kali mengikuti lomba merancang dan membuat batik dengan warna alam, responsnya baik. Dari situ saya banyak bereksperimen dengan warna alam sehingga membuat saya menjadi lebih tertarik pada warna alam,” papar Nuri.

Pewarna alam yang digunakan Nuri di antaranya diolah dari daun mangga, daun rambutan, kayu mahoni, kayu nangka, daun marenggo, kesumba, kayu jati, indigo, kayu tinggi, kayu jolawe, kayu secang, tegeran, jambal, benguk, kulit manggis, hingga gambir. Semuanya diperoleh di sekitar tempat tinggal Nuri di Berbah.

Warna alam, menurut Nuri, tidak bisa menyamai warna sintetis sehingga terkesan eksklusif. ”Alasan lainnya karena warna alam tidak berbahaya untuk kesehatan kulit,” kata Nuri.

Berdayakan warga

Selain mendesain batik dengan motif bergaya Jepang, Nuri tetap membuat batik yang mengombinasikan motif modern dengan motif tradisional, seperti kawung, ceplok, dan parang.

Motif batik yang pernah didesain oleh Nuri antara lain motif ceplok ornamentik rumah adat Nusantara yang berisi semua rumah adat yang ada di Indonesia dan ragam hias setiap daerah, motif pakaian adat Nusantara, motif walang sinanding jati mas yang kemudian digunakan sebagai seragam PNS di Wonosari, Gunung Kidul, dan lainnya.

Belakangan ini Nuri juga memberikan pelajaran membatik dengan pewarna alam bagi para ibu di kawasan pedesaan Sleman, dengan harapan bisa menambah penghasilan mereka. Upayanya itu mendapat dukungan dari pemerintah setempat.

”Pemberdayaan ini juga nantinya diharapkan bisa bersinergi dengan saya dalam memproduksi batik,” kata Nuri.

Selain di Karongan, Jogotirto, Berbah, Nuri juga melatih di tiga desa lain di Sleman. Pelatihan juga diberikan kepada masyarakat umum yang berkunjung ke studio Marenggo untuk mengikuti lokakarya warna alam.

Sambil terus berinovasi dengan motif-motif baru, Nuri kini tengah mempersiapkan diri membawa hasil rancangannya ke pameran di Jepang pada tahun mendatang. (Dwi As Setianingsih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com