Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Menepi ke Sai Kung

Kompas.com - 03/02/2016, 12:34 WIB
BOSAN dengan Hongkong yang modern nan gemerlap dengan pusat-pusat belanja dan gedung pencakar langitnya? Mari kita menepi sejenak ke Sai Kung di belahan utara Hongkong.

Distrik Sai Kung di New Territories, Hongkong, dikenal akan pemandangan alam yang hijau serta perpaduan antara perbukitan dan pemandangan lautnya. Para pesohor Hongkong banyak bermukim di wilayah ini.

Salah satu yang bisa kita eksplorasi di sana adalah Taman Bumi atau Hongkong Global Geopark yang tersebar di Kepulauan Sai Kung. Taman Bumi ini dikenal akan keragaman situs geologinya, seperti kolom batu-batu heksagonal, kaldera purba, dan bukit-bukit karang di tengah lautan.

Eksplorasi Taman Bumi Hongkong bisa dilakukan lewat udara, laut, atau daratan. Arthur Tsang, salah seorang pemandu di Volcano Discovery Center (VDC), berhasil meyakinkan saya untuk mengambil tur dengan kapal.

Jelajah lewat laut tidak butuh waktu terlalu panjang dengan biaya jauh lebih terjangkau ketimbang lewat udara, bahkan bersaing dengan biaya jelajah lewat darat.

”Negara Anda punya banyak gunung api, tetapi tidak ada salahnya melihat kolom-kolom batu heksagonal kami yang terbentuk dari letusan gunung api di masa lalu. Siang ini cuaca cerah dan laut tenang,” ujarnya meyakinkan.

Area Taman Bumi meliputi pulau-pulau yang tersebar di lautan Tanjung Sai dan menjadi semacam galeri bagi berbagai tampilan dan formasi bebatuan.

Beragam bentuk ini sebagai pengaruh terpaan gelombang dan cuaca. Misalnya, karang yang terpotong atau bolong, goa laut, lengkungan, atau tumpukan bebatuan.

Terdapat pula pantai-pantai pasir putih pada beberapa pulau, daratan aluvial, dan lumpur datar yang terbentuk dari hasil sedimentasi selama jutaan tahun.

KOMPAS/SRI REJEKI Ibu tengah mengatur jemuran ikan tidak jauh dari Kuil Tin Hau. Perjalanan sempat singgah di kuil yang dibangun tahun 1741 tersebut dan berlokasi di kawasan High Island, Hongkong.
Ada delapan titik penting yang dilewati selama tiga jam berlayar. Jika di awal perjalanan, gugusan pulau-pulau kecil tampak menghijau, lama-kelamaan bergeser pada deretan pulau-pulau berbatu dengan formasi dinding seperti terkikis, berwarna coklat krem atau kemerahan. Susunan kolom-kolom bebatuan heksagonal yang membentuk dinding bukit tampak bagaikan mural.

Wilayah Hongkong saat ini bisa dikatakan aman dari ancaman letusan gunung berapi. Tidak demikian dengan ratusan juta tahun lalu. Sebuah letusan gunung yang dahsyat terjadi 140 juta tahun yang lalu.

Lava yang dikeluarkan kemudian mendingin dalam proses yang sangat lama sehingga akhirnya membentuk batu-batuan seperti saat ini. Pengaruh cuaca dan terpaan gelombang laut membuat batu-batu itu berbentuk kolom-kolom heksagonal.

Rata-rata kolom, diameternya mencapai 1,2 meter dengan penampang berbentuk heksagonal atau segi enam. Kolom terbesar diameternya mencapai 3 meter.

Kolom batu heksagonal tertinggi terdapat di High Island, tidak jauh dari Pelabuhan Sai Kung, tempat perjalanan dimulai. Tinggi kolom tersebut mencapai lebih dari 100 meter.

Di pulau ini juga dibangun dam terbesar di Hongkong pada tahun 1970-an, yang terbagi menjadi dam barat dan timur. Panjang dam mencapai 5 kilometer dan lebar 1 kilometer dengan kapasitas air 270 juta meter kubik. Dam ini dilindungi dengan cofferdam yang menjaganya dari intrusi air laut.

Dari laut, yang terlihat hanya dinding dam. Jika ingin mengamati susunan kolom-kolom batu heksagonal, termasuk komposisi penyusun bebatuannya dari dekat, jelajah darat lebih memungkinkan.

Jelajah ini bisa dilakukan dengan berjalan kaki atau menumpang taksi khusus yang diperbolehkan masuk area Taman Bumi.

KOMPAS/SRI REJEKI Kuil Tin Hau di Hongkong.
Di area dam ini terdapat kolom-kolom tinggi memanjang dalam bentuk seperti deretan huruf S. Jenis kolom ini termasuk yang paling diincar untuk dikunjungi karena keunikan bentuknya.

Di pulau ini juga terdapat Kuil Tin Hau yang dibangun tahun 1741. Letaknya tidak jauh dari dermaga. Seorang perempuan tampak menjemur ikan teri di halaman kuil. Kami sempat singgah di sini selama hampir 30 menit untuk istirahat dan melihat-lihat bagian dalam kuil sebelum kembali melanjutkan perjalanan.

Setelah hampir dua jam, perjalanan pun sampai di deretan pulau-pulau terluar yang menghadap laut lepas. Tiba-tiba datang gelombang tinggi mengombang-ambingkan kapal.

Para penumpang yang sedang asyik mengamati bukit dari haluan kapal, dengan cepat meraih pegangan agar tidak terlempar ke laut karena empasan gelombang setinggi 2 meter.

Di tengah ayunan gelombang inilah, terdapat pemandangan paling memukau yang bisa disaksikan, bukit tinggi dengan dinding batunya yang seperti dipahat atau dinding batu dengan celah atau goa di bagian tengahnya.

Celah ini terbentuk akibat pengaruh empasan arus dan gelombang yang bertahun-tahun menerpa kaki bukit. Jika kapal yang digunakan lebih kecil, akan bisa melewati goa atau celah yang tampak bagaikan pintu gerbang.

Bukit-bukit ini tersebar di Pulau Wang Chau, Basalt, dan Bluff. Deretan pulau- pulau dengan gugusan bebatuan paling mengagumkan ini bagaikan puncak perjalanan. Setelah itu, kapal pun diarahkan kembali ke pelabuhan Sai Kung.

Untuk jelajah lewat laut, kita bisa menaiki kapal atau perahu yang disewakan para nelayan setempat. Namun, saya memilih mengikuti tur kapal yang diselenggarakan VDC karena didampingi pemandu wisata dan dilindungi asuransi kecelakaan.

VDC adalah semacam ruang ekshibisi yang dikelola Pusat Komunitas Distrik Sai Kung. Areanya tidak besar, tetapi padat informasi yang dikemas interaktif dan menarik.

KOMPAS/SRI REJEKI Contoh berbagai jenis batuan yang dimuntahkan saat letusan gunung berapi dari seluruh dunia dipajang di Volcano Discovery Center.
Sebelum memulai tur, ada baiknya membaca dulu informasi yang disuguhkan VDC. Selain bisa lebih memahami tentang Taman Bumi Hongkong, kita juga beroleh informasi tentang jenis gunung api, tipe letusannya, serta proses pembentukan kolom batuan heksagonal.

Ini masih dilengkapi dengan contoh jenis batu-batuan yang dilontarkan oleh gunung api di berbagai negara.

Dari pusat kota Hongkong, kita bisa mencapai VDC dengan menumpang mass rapid transit yang disebut MRT hingga ke Stasiun Diamond Hill. Perjalanan dilanjutkan dengan bus nomor 92 menuju terminal bus Sai Kung. VDC terletak di Sai Kung Waterfront Park, dua menit berjalan kaki dari terminal.

Sayangnya, hari itu pemandu yang bertugas tidak bisa berbahasa Inggris. Pemandu berbahasa Inggris hanya tersedia pada Sabtu dan Minggu.

Sebagai gantinya, kita diberi semacam peta rute perjalanan yang mengeluarkan suara dalam bahasa Inggris, Kanton, Mandarin, atau Jepang.

Suara itu terdengar jika kita mengetukkan semacam pena ke titik-titik bergambar pelantang suara. Isinya, penjelasan tentang tempat yang dilewati. Tur ini hanya tersedia pada hari Selasa, Kamis, Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional setempat.

Tur berlangsung selama tiga jam dan dimulai pada pukul 14.00. Jika datang lebih cepat, kita bisa memanfaatkan waktu tunggu dengan blusukan ke daerah sekitar.

Ada sebuah kawasan permukiman lama yang terletak di seberang VDC, lengkap dengan pasar tradisional dan sebuah Kuil Tin Hau yang dibangun tahun 1910.

Permukiman lama ini seperti halnya kampung-kampung padat di Jakarta, hanya menyisakan gang-gang sempit tetapi terlihat bersih.

Tidak seperti hunian kebanyakan di Hongkong yang berbentuk apartemen puluhan lantai, hunian di sini terdiri atas rumah-rumah dengan susunan paling tinggi tiga tingkat.

KOMPAS/SRI REJEKI Volcano Discovery Center di Hongkong.
Lantai bawah kebanyakan dimanfaatkan untuk ruang usaha, seperti warung, toko, butik, dan restoran. Di salah satu gang yang menghadap ke laut diisi jajaran tempat makan seafood.

Penampilannya tidak jauh berbeda dari lapak kuliner pinggir jalan di Tanah Air. Hanya saja tampak lebih tertata dan terjaga kebersihannya.

Aneka ikan segar dan hasil laut lain, seperti udang, kerang, lobster, dan kepiting, ditempatkan di akuarium-akuarium yang dialiri udara. Masakan baru diolah setelah dipesan.

Salah satu tempat makan memasang label Michelin bintang dua di papan namanya. Pengunjung biasanya mendatangi tempat ini setelah puas menjelajah area sekitar. (Sri Rejeki)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com