“Awalnya desa kami gersang, masyarakatnya hanya bermata pencarian sebagai nelayan, kalau ada kebun biasanya ditanami kelapa. Sisanya perbukitan kapur yang ditumbuhi semak,” kata Hasan Rahim.
Kini Bongo memiliki daya tarik sendiri. Sumur tua dibersihkan kembali, di sini setiap kelahiran calon Olongia dimandikan, tradisi ratusan tahun yang silam. Pada sumur ini juga diketahui posisi permukaan air laut.
Pada bagian lain, bekas pertahanan bawah tanah masa lalu telah disulap menjadi musholla yang dindingnya digantungi informasi kekayaan budaya tanah Gorontalo.
Äda 2 kamar dengan udara berpendingin yang disediakan bagi tamu yang menginap.
“Kami berupaya semaksimal mungkin menyambut tamu dengan keramahan khas Bongo dan ucapan salam,” jelas Hasan.
Pria ramah ini bersedia mengantarkan pengunjung ke bagian lain desa Bongo. Bahkan ia dapat mengantar ke puncak bukit yang terdapat masjid Walima Emas.
Di masjid ini pandangan mata bisa menyapu ke segala penjuru mata angin, ada birunya Teluk Tomini, punggung bukit yang berjejer, perkampungan warga yang damai dan kelokan jalan kecil meliuk di punggung bukit.
Uniknya, di puncak bukit kapur ini air berlimpah, meluberi kolam yang bisa digunakan siapa saja tanpa dipungut biaya. Bahkan Masjid Walima Emas pun sekelilingnya adalah kolam yang sejuk!
Sungguh aneh pada puncak bukit kapur yang gersang terdapat kolam yang airnya mengalir sepanjang tahun. Inilah berkat Tuhan bagi Bongo yang ramah dan taat.
Jauh sebelum Indonesia ada, di Bongo inilah pusat Linula Bubohu. Linula adalah kawasan otonom berdasar ikatan klan.
Bubohu adalah salah satu nama Linula di antara seratusan Linula di Kerajaan Hulondalo (Gorontalo) yang mulai sejak 1750 dengan Olongia (pemimpin) pertama Hilalumo Amay.
Pada 17 April 1889, Pemerintah Kolonial Belanda mengeluarkan Beslit tentang penghapusan kekuasaan raja dan membagi Bubohu dalam beberapa kampung. Raja terakhir yang memimpin Bubohu adalah Botutihe yang memerintah antara tahun 1884-1902. Selamat berlibur!
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.