Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trunyan, Tak Hanya Makam...

Kompas.com - 04/02/2016, 13:12 WIB

Latihan berenang sampai tepian danau membuat ayam-ayam tumbuh kuat dan sehat sehingga siap bertarung dalam tradisi sabung ayam.

Sabung ayam (tabuh rah) merupakan warisan tradisi yang tak terpisahkan dari kehidupan warga Trunyan. Tabuh rah biasa digelar saat upacara pecaruan di balai pertemuan di halaman jaba sisi Pura Pancering Jagat.

Di tepian Danau Batur itu, warga Trunyan, Wayan (40), menghampiri dan menyodorkan buku tamu sekaligus meminta sumbangan.

Pada buku tamu itu terpampang nama pengunjung, antara lain gitaris Dewa Budjana dan penyanyi Trie Utami, lengkap dengan nilai sumbangan mereka untuk kemajuan wisata Trunyan. Tak ada tarif masuk yang ditetapkan di sana.

Desa Trunyan diperkirakan ada sejak abad X Masehi. Prasasti Trunyan berangka tahun 833 Saka mengungkap izin pembangunan candi bertingkat tujuh untuk pemujaan Batara Da Tonta yang tak lain ialah Ratu Sakti Pancering Jagat.

Da Tonta diwujudkan dalam rupa arca megalitik setinggi
4 meter. Guru SD Negeri Trunyan, I Nengah Percis, menyebut masyarakat Trunyan sebagai masyarakat Bali Mula. Bahkan, ada temuan pemujaan megalitik yang menunjukkan kawasan itu telah dihuni sejak prasejarah.

Kehidupan spiritual warga Trunyan merupakan versi berbeda dari Hindu di Bali. Itu terlihat dari dewa-dewa asli Trunyan yang tidak dipuja di tempat lain, seperti Ratu Sakti Pancering Jagat.

Perbedaan lain dengan kebanyakan masyarakat Hindu Bali tampak pada pemakaman yang tidak melalui ngaben atau pembakaran jenazah.

KOMPAS/RIZA FATHONI Pemakaman di Trunyan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali.
Tiga makam

Di Trunyan, jenazah ditidurkan di tempat pemakaman yang disebut Seme Wayah. Seme Wayah bisa ditempuh dengan jalur darat atau menyeberang Danau Batur.

Kali ini, kami mengawali perjalanan dengan perahu sewaan dari Desa Kedisan ke Seme Wayah. Setelah singgah di Banjar Trunyan, perjalanan diakhiri dengan jalur darat melewati Cemara Landung.

Jika ingin sepenuhnya menempuh jalur darat, wisatawan tetap harus menyewa kapal dari Banjar Trunyan karena lokasi makam yang hanya bisa ditempuh lewat Danau Batur. Membelah danau dengan kapal boat pada pagi yang hening menjadi pengalaman tak terlupakan.

Di Seme Wayah, pengunjung disambut jejeran tengkorak dengan tumpukan tulang belulang serta tebaran uang hingga aneka barang bekal kubur.

Beberapa jenazah dibaringkan dengan dinding anyaman bambu untuk menghindari serbuan binatang buas. Sebatang pohon raksasa taru menyan menjulang. Konon, pohon itulah yang menetralkan bau pembusukan mayat.

Hanya orang yang meninggal secara wajar bisa dimakamkan di Seme Wayah. Mereka yang meninggal karena kecelakaan atau tak wajar dimakamkan di Seme Bantah, sedangkan Seme Muda untuk mengubur bayi, anak kecil, atau warga yang belum menikah.

Perempuan Trunyan dilarang mengunjungi makam-makam yang saling terpisah itu. Mereka yang baru saja dari makam juga tak boleh langsung masuk ke Pura Pancering Jagat, harus melalui proses pembersihan.

KOMPAS/RIZA FATHONI Gerbang desa di Trunyan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali.
Menurut Kepala Desa Trunyan Wayan Arjana, industri wisata belum berdampak kepada warga. Perekonomian desa lebih banyak ditopang pertanian dan peternakan. Warga pun cenderung acuh dengan kehadiran wisatawan.

Kehadiran pengemis menjadi alarm bahwa Trunyan belum bebas dari kemiskinan. Jumlah penerima beras untuk rakyat miskin, misalnya, naik dari 438 keluarga pada 2011 menjadi 560 keluarga pada 2015.

Setiap hari, rata-rata, ada lima boat serta lima perahu dayung mengangkut wisatawan ke Trunyan. Dari setiap perahu, pemerintah desa memperoleh retribusi Rp 15.000. Ongkos sewa perahu berkapasitas tujuh orang bagi wisatawan Rp 600.000. Dalam balutan kemiskinan, Trunyan menampakkan keunikan berpadu keindahan. (Mawar Kusuma)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com