Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keberagaman dan Keindonesiaan di Tahun Monyet Api

Kompas.com - 05/02/2016, 11:32 WIB

TAHUN 2016 disebut sebagai tahun monyet api. Monyet merupakan binatang penuh dinamika, meloncat dari satu pohon ke pohon lain. Kondisi itulah gambaran yang akan dihadapi Indonesia, banyak tantangan karena lebih banyak dinamika.

Namun, bukan berarti tantangan itu tidak bisa ditaklukkan. Mempererat rasa persaudaraan di tengah keberagaman dan memupuk jiwa keindonesiaan menjadi modal menghadapi dinamika secara bersama-sama.

Makna Imlek itu ditampilkan Panitia Imlek 2567 dan Festival Cap Go Meh 2016 Kota Singkawang, Kalimantan Barat, melalui tema yang diusung ”Kebahagiaan, Persaudaraan, dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)”.

Imlek menjadi momentum mempererat persaudaraan di tengah keberagaman sebagai bangsa Indonesia.

Sumberanto Tjitra, Sekretaris Panitia Imlek dan Festival Cap Go Meh Kota Singkawang, Rabu (3/2/2016), menuturkan, 2016 diprediksi menjadi tahun yang agak keras.

Persaingan akan semakin ketat, khususnya dari segi ekonomi. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi akan cukup besar. ”Bagaimana menghadapinya, ya, melakukan hal-hal yang positif yang bersifat kebersamaan. Itulah makna Imlek yang kami kemas,” ujar Sumberanto.

Keberagaman adalah kodrat yang diberikan Tuhan kepada bangsa Indonesia. Sebenarnya perbedaan yang ada bisa menjadi modal dasar untuk membangun bangsa ini asalkan saling menghargai perbedaan.

Perbedaan bukan menimbulkan konflik, melainkan bersatu menghadapi dinamika yang dihadapi itu dengan segala kekurangan dan kelebihan.

Melalui tema ini, masyarakat diajak untuk berbagi kebahagiaan sebagai saudara meskipun dari latar belakang yang berbeda, tetapi disatukan dalam NKRI. Momentum Imlek dan Cap Go Meh ini memberikan sukacita perdamaian kepada anak bangsa.

Momentum mempererat tali persaudaraan. Jika cara pandang itu yang dikembangkan, tantangan di tahun monyet ini bisa diatasi.

Panitia ingin mengingatkan pula bahwa untuk menciptakan situasi persaudaraan diperlukan sikap bahu-membahu. Perlu adanya upaya bersama menciptakan situasi damai di Indonesia.

”Keberagaman juga nantinya dapat dilihat saat parade tatung dalam Cap Go Meh pertengahan Februari. Tatung merupakan sekelompok orang yang diarak keliling Singkawang dengan tandu sambil menunjukkan atraksi kekebalan tubuh dari senjata tajam,” ujarnya.

Yang menjadi tatung tidak hanya dari etnis Tionghoa, tetapi juga dari etnis lain, yakni Dayak dan Melayu. Ada akulturasi kebudayaan sebagai simbol persaudaraan yang sudah terpelihara sejak ratusan tahun lalu.

Suasana Imlek di Kota Singkawang sudah terasa. Kelenteng-kelenteng sudah mulai dibersihkan, termasuk patung-patung.

Sebanyak 10.000 lampion pun dipasang di jalan-jalan Kota Singkawang, termasuk di atas patung naga yang menjadi ikon Kota Singkawang. Sejumlah rumah ibadat pun dipasang lampion sebagai simbol solidaritas.

Salah satu kelenteng yang sudah mulai terlihat dalam persiapan Imlek ialah Kelenteng Tri Dharma Bumi Raya yang tepat terletak di jantung Kota Singkawang.

Usia kelenteng itu sudah ribuan tahun dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan saat berkunjung ke Singkawang. (EMANUEL EDI SAPUTRA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com