Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pusat Keramaian Imlek Surabaya di Kelenteng dan Rumah Abu

Kompas.com - 09/02/2016, 17:35 WIB
SURABAYA, KOMPAS - Sebanyak 12 kelenteng dan 2 rumah abu di Kota Surabaya, Jawa Timur, dipadati pengunjung. Mereka umumnya menggelar ritual sembahyang dalam rangka merayakan tahun baru Imlek 2567, lalu berkumpul dan makan bersama keluarga di rumah, atau restoran.

Sebaliknya, kawasan perdagangan Kembang Jepun, Jalan Slompretan, dan Jalan Samudra hingga Jalan Kramat Gantung, sepi. Tidak ada toko yang buka.

Hujan yang mengguyur Surabaya, Senin (8/2/2016) siang, mengakibatkan lalu lintas sepi dan lancar. Namun, di sekitar pusat perbelanjaan, restoran, dan pusat hiburan padat pengunjung.

Menurut dosen Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra, Freddy H Isnanto, pada perayaan Imlek tahun ini, interior khas Tionghoa terlihat indah dalam rumah abu keluarga The di Jalan Karet Surabaya, meski dari luar bangunan tua itu seperti tidak terawat.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA Lampion yang selalu menghiasi saat perayaan menyambut Imlek menjadi daya tarik wisata di kawasan Pasar Gede, Kota Solo, Jawa Tengah, Sabtu (6/2/2016).
Dilihat dari luar, bangunan yang sudah diusulkan menjadi cagar budaya ini seperti tidak terawat. Tembok tak lagi putih, cat umumnya sudah terkelupas.

Senin, keluarga The yang mulai tinggal di Indonesia sejak 1883 datang dari sejumlah kota di Indonesia, bahkan luar negeri.

Mereka menggelar acara kumpul keluarga di rumah abu Jalan Karet. Mereka umumnya mengenakan busana warna merah yang identik dengan perayaan Imlek untuk melakukan upacara dan sembahyang menghormati arwah leluhur.

Imlek dan Gus Dur

Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina dicabut oleh Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada tahun 2000.

KOMPAS/DIAN DEWI PURNAMASARI Menyambut perayaan Imlek atau tahun baru Tionghoa, umat Buddha bersembahyang di Wihara Dharma Bhakti, Glodok, Jakarta Barat, Sabtu (6/2/2016). Meski belum direnovasi, pihak wihara menghias ruangan utama yang terbakar supaya tetap bisa digunakan untuk beribadah.
Pencabutan Inpres tersebut diresmikan lewat Keputusan Presiden RI Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967.

Dampak pencabutan Inpres tersebut di antaranya diperbolehkannya perayaan Imlek, seperti yang tahun ini diperingati pada hari Senin (8/2/2016). Sejak saat itu, hingga hari ini berarti sudah 16 tahun berjalan Imlek secara bebas dirayakan.

Karena itulah, sebagian besar orang cenderung mengaitkan perayaan Imlek di Indonesia dengan Gus Dur. Bahkan, bagi sebagian orang, Gus Dur dan Imlek menjadi seolah identik.

Sebagian ekspresi tersebut dituangkan sejumlah pengguna media sosial seperti Twitter. Linimasa Twitter pada Senin pagi dipenuhi kicauan tentang Gus Dur.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA Warga keturunan Tionghoa bersembahyang hari raya Imlek di tengah banjir di Tempat Ibadah Tri Darma Tjong Hok Kiong di Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (8/2/2016). Warga yang bersembahyang berharap di tahun yang baru akan dilimpahkan rezeki.
Pada pukul 09.31, nama ”Gus Dur” berada di peringkat ke-9 daftar trending topic di linimasa Twitter Indonesia.

Kicauan yang terkait dengan komentar identiknya perayaan Imlek dan sosok Gus Dur antara lain diutarakan Santiko Restuadhi dengan akun @tikorestuadhi: ”Buat saya, orang non-Cina, Imlek itu sudah seperti Gus Dur day.”

Hal senada diutarakan Iman Brotoseno dengan akun @imanbr: ”Ingat beras, ingat kosmos. Ingat Imlek, ingat Gus Dur.”

Komedian ‏@ernestprakasa mengatakan: ”Terima kasih Gus Dur yg th 2000 lalu mencabut Inpres 14/1967 Suharto ttg larangan perayaan Imlek. Hidup kami kini lebih menyenangkan :).”

KOMPAS/AMBROSIUS HARTO Lampion yang mempercantik suasana Wihara Dhanagun (Kelenteng Hok Tek Bio), Jalan Suryakencana, Bogor, saat Imlek 2567, Minggu (7/2/2016) malam.
Adapun Akhmad Sahal dengan akun @sahaL_AS menulis: ”Kenapa Gus Dur dicintai banyak manusia yg lintas agama, etnis? Krn GD mencintai manusia, tanpa pandang agama n etnisnya. - Gus Mus.”

Pengguna akun @JojoBinjai mengatakan: ”Sudah 16 tahun perayaan Imlek di Indonesia dilegalkan Gus Dur. Fatihah untukmu, Gus....” (Agnes Swetta Pandia dan Ingki Rinaldi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com