KOMPAS.com – Opera House di Sydney, Australia, tak selamanya hanya punya satu warna. Pada satu ketika, misalnya, gedung ini tampil dalam motif kupu-kupu kuning. Tahun ini, selama 18 hari opera yang menjadi simbol kota tersebut akan kembali bermandikan cahaya dan warna.
Opera House tak sendirian. Kampus, jembatan, pusat perbelanjaan, kebun binatang, bahkan perahu di sekitar Opera House juga bakal bertabur cahaya dan warna. Inilah ajang Vivid Sydney yang pada 2016 akan berlangsung pada 27 Mei sampai 13 Juni.
Tak hanya cahaya dalam arti harfiah yang bakal “menenggelamkan” Sydney, tetapi ada juga pesan kepedulian untuk para penderita kanker payudara di sini. Selain itu, bertemu pula setumpuk ide kreatif dan inovatif bersanding dengan penampilan musik atraktif.
Pada 2016, Vivid Sydney sekaligus mendukung McGrath Foundation, yayasan sosial untuk kanker payudara. Bentuk dukungan bakal hadir berupa mosaik cahaya berukuran raksasa, dari ribuan foto, membentuk wajah Jane McGrath.
“Menghadirkan pesan bercahaya untuk mendukung para penderita kanker payudara,” tulis situs web Vivid Sydney 2016 tentang mosaik itu. Di Australia saja, setiap hari ada 43 orang terdiagnosa menderita kanker payudara. “Menghadirkan kesempatan untuk memberikan ‘cahaya’ bagi para penderita kanker payudara,” lanjut situs web tersebut.
Pariwisata hingga temu bisnis
Pariwisata, jelas jadi tujuan kasat mata dari festival tahunan yang pada 2015 dihadiri 1,7 juta orang ini. Kompak, semua destinasi wisata bahkan jalanan kota penuh cahaya. Lalu, di lokasi yang sama, para pelaku, praktisi, dan akademisi lintas-sektor maupun industri berbagi pengalaman dan ilmu.
“Dari teknologi dan tren startup sampai desain dan arsitektur maupun seni dan pertunjukan visual,” ungkap situs web tersebut. Dalam suasana bertabur cahaya, para pemimpin bisnis dan unit kreatif industri saling membantu pengembangan usaha mereka.
Untuk turut dalam kemeriahan Vivid Sydney 2016, penerbangan bukan lagi persoalan. Jakarta dan Bali, setidaknya adalah dua wilayah dengan bandara yang punya jadwal penerbangan langsung ke Sydney. Harga tiketnya pun relatif terjangkau, dari rentang Rp 2 juta sampai Rp 15 juta, tergantung maskapai dan hari penerbangan.
Nah, bagaimana dengan Anda yang sekalipun punya dana tetapi tak bisa berlibur pada hari-hari festival berlangsung?
Tantangannya tinggal pada media tayang untuk menyaksikan “pesta cahaya” dari Sydney tersebut. Pastikan teknologi yang tepat sudah tersemat, agar detail seperti foto penyusun mosaik Jane McGrath bisa terlihat seolah kita ada di sana.
Lebih baik lagi bila media tayang itu punya teknologi yang mengakomodasi jutaan percikan pantulan cahaya yang kita sebut sebagai warna. Kombinasi teknologi ini dengan resolusi piksel yang sudah melejit hingga level 4K, akan menghasilkan tayangan ke tingkat yang makin mendekati aslinya.
Layar digital pada umumnya menggunakan teknologi berdasarkan tiga warna dasar—merah, hijau, dan biru—untuk meracik tampilan warna. Namun, teknologi warna layar digital juga berkembang. Pada televisi Viera dari Panasonic, misalnya, tersemat teknologi hexa chroma drive dengan tambahan tiga warna dasar digital—cyan, magenta, dan kuning.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.