Di Bagian Pantai Utara dari Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur memiliki obyek wisata alam dan layak untuk berpetualangan.
Bagi wisatawan yang suka tantangan untuk menyusuri wilayah Utara dari Manggarai Barat, berkunjunglah ke Watu Timbang Raung.
Apa itu Watu Timbang Raung? Watu Timbang Raung yang terletak di wilayah Kengko-Rego, Desa Rego, Kecamatan Masang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat adalah tempat mengadili orang yang memiliki utang.
"Watu" artinya batu, "Timbang" artinya menimbang sedangkan "Raung" artinya utang. Jadi "Watu Timbang Raung" diterjemahkan sebuah batu dengan ketinggian ratusan meter sebagai tempat mengadili orang yang berutang.
Letaknya berada di tengah hutan rimba di sekitar wilayah Kengko-Rego. Inilah kisah unik Watu Timbang Raung sebagaimana dikisahkan masyarakat setempat.
Awalnya berangkat dari Kota Waelengga, ibu kota Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur, Senin (1/2/2016), menuju ke Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai dengan menggunakan travel lokal.
Semalam tidur di rumah keluarga di Kota Ruteng. Lalu pagi Selasa (2/2/2016) bergegas menuju ke Terminal Mena untuk mengejar Oto Colt menuju ke wilayah Utara Manggarai Barat, tujuan Rego.
Tepat jam 07.00 Wita, sopir Oto Mulia Terang melajukan kendaraannya menuju ke wilayah Cancar, Golowelu, Wajur, dan makan siang di Pertigaan Noa.
Pertigaan Noa adalah tempat semua kendaraan berhenti untuk makan siang baik yang ke Ruteng, Terang maupun Rego. Ada sejumlah warung lokal yang menyediakan hidangan makan siang, makan malam bagi penumpang dan sopir serta kondektur.
Selain itu, saya memiliki tujuan untuk mengabadikan serta mempromosikan Watu Timbang Raung yang menjadi bahan cerita secara turun temurun dari warga di Kabupaten Manggarai Barat. Keunikan batunya. Kisahnya yang misterius. Tak sia-siakan waktu itu untuk berpetualangan untuk berwisata ke Watu Timbang Raung.
Saat melintasi jalan raya Lintas Utara, dari kejauhan sudah terlihat keunikan Watu Timbang Raung serta kemegahannya yang berada di puncak gunung Hutan Rego. Saat itu pula, saya mengeluarkan kamera dari dalam tas dan langsung mengabadikannya.
Saya bersama dengan beberapa orang berjalan kaki di jalan raya di pinggir batu tersebut. Melihat keunikan dan kemegahan batu itu, saya terus mengabadikan dengan kamera. Sungguh unik batu tersebut. Sayangnya, minim promosi.