Hentakan kecil bambu yang digerakkan oleh anggota penari laki-laki mengajak penari perempuan untuk bersiap-siap meloncat di celah-celah bambu tersebut.
Satu per satu penari perempuan yang berpakaian kain songke dan kebaya berjingkrak-jingkrak di celah-celah bambu yang terus digerakkan oleh penari laki-laki.
Kelincahan sangat diperlukan dalam tarian Sanggu Alu. Jika tidak lincah, maka kaki kanan dari penari perempuan akan terbentur dengan bambu yang digerakkan oleh penari laki-laki.
Irama kaki yang sama membuat keindahan dan keunikan tarian Sanggu Alu menjadi daya tarik pelajar di dekolah menengah tersebut.
Pada hari itu dirayakan ulang tahun pelindung SMPK Waemokel, Santo Arnoldus Jansen dan ulang tahun sekolah yang ke-38 serta merayakan Natal 2015 dan Tahun Baru bersama di lembaga tersebut.
Tepuk tangan meriah dari penonton, yang adalah pelajar SMPK Waemokel lainnya memberikan semangat kepada penari Sanggu Alu untuk terus menari-nari di celah-celah bambu.
Tarian Sanggu Alu yang diwariskan leluhur di Kabupaten Manggarai Timur terus dilestarikan di Sekolah Menengah Pertama Katolik Waemokel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.