Simposium ini diikuti oleh menteri-menteri pariwisata dari negara-negara yang memiliki kultur panjang agama dan budaya Buddha yakni Thailand, Myanmar, Laos, Vietnam, Kamboja, dan Indonesia. Slogan dari simposium itu adalah "Trail of Civilization".
Acara tersebut menghasilkan sebuah kesepakatan bersama bernama "Borobudur Declaration" yang berisi tentang kerja sama pelestarian peninggalan budaya di antara enam negara ASEAN peserta simposium.
Hasil lain adalah kesepakatan menyelenggarakan acara dua tahunan "The Trail of Civilization" untuk pertama kali di Candi Borobudur pada Sabtu (26/7/2008) malam. Saat itu, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono turut menghadiri acara tersebut.
Setahun kemudian, pada tanggal Sabtu, (9/7/2009), dalam kaitan Perayaan Waisak Tahun Saka (2533) acara pagelaran sendratari bertema "Trail of Civilization" digelar dan menyampaikan pesan-pesan ajaran Buddha. Kala itu, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono kembali hadir. Tahun 2010, di perayaan serupa digelar di Siem Reap, Kamboja.
Namun, setelah tahun 2010, nama acara "Trail of Civilization" tak terdengar kembali bak ditelan bumi. Pada pemerintahan Joko Widodo kini, Menteri Pariwisata Arief Yahya kembali mengemukakan istilah "Trail of Civilization" untuk promosi Candi Borobudur di negara Asia Tenggara.
"Kita mendukung adanya program di ASEAN namanya Trail of Civilization. Kalau bisa disepakati dijalankan, program itu sangat bagus karena kalau positioning Borobudur sebagai pusat jejak peradaban, itu akan sangat luar biasa," kata Menteri Pariwisata, Arief Yahya kepada KompasTravel di Jakarta, Rabu (27/1/2016).
(Baca juga: Promosi Borobudur Lewat Program ASEAN "Trail of Civilization")
Arief mengatakan kesepakatan pembuatan paket wisata bersama yaitu "Trail of Civilization" atau "Jejak Peradaban". Arief menjelaskan paket wisata "Trail of Civilization" akan diikuti oleh negara-negara seperti China, Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Vietnam.
Bentuk paket wisatanya salah satunya adalah pertunjukan sendratari. Arief menjelaskan jika daya tarik utama Candi Borobudur adalah bangunan candi itu sendiri. Ia berharap dengan adanya paket wisata "Trail of Civilization" itu, wisatawan tak hanya datang ke Borobudur hanya untuk melihat candi saja.
Kementerian Pariwisata sendiri mencatat ketimpangan jumlah kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur dibandingkan dengan Angkor Wat (Kamboja). Data kunjungan wisatawan mancanegara pada 2014 menunjukkan perbedaan kunjungan lebih dari 2 juta wisatawan.
Candi Borobudur dikunjungi sebanyak 254.082 wisatawan sementara Angkor Wat dikunjungi sebanyak 2.350.000 wisatawan. Arief menuturkan banyaknya pihak yang mengelola Candi Borobudur sehingga pengembangan menjadi terhambat dan jumlah wisatawan menjadi sedikit.
"Kementerian Pariwisata mau, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mau, PT. Candi (PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko) mau, pemerintah daerah juga mau. Belum UKM nya ada 4.000. Kalau di Borobudur hanya 250.000 wisatawan, berarti hanya 1/10 dari Angkor Wat. Apa yang salah? Salah di manajemen," katanya.
Ada pula kendala lain yang menghambat jika pemerintah ingin mempromosikan paket wisata "Trail of Civilization" ke negara-negara ASEAN maupun wisatawan non-ASEAN. Isu penerbangan langsung menjadi garis terdepan yang menghadang promosi paket tersebut.
(Baca juga: Tidak Ada Penerbangan Langsung Hambat Promosi "Trail of Civilization")