Untuk menempuh perjalanan ke sana, pengunjung harus melewati jalanan berkelok dengan tikungan tajam selama 30 menit dari gerbang kampung sampai ke atas.
Setelah melewati gerbang danau, nampak hamparan pepohonan hijau. Danau tersebut terletak menjorok ke dalam di bawah sana. Pengunjung harus meniti anak tangga yang cukup panjang ke bawah hingga sampai ke tepi danau.
Danau itu tidak terlalu besar. Diameternya hanya 100 meter. Rasanya betah berlama-lama duduk di bawah pohon di tepian danau sambil menikmati riak air. Namun, di balik keindahannya, Danau Aco menyimpan legenda yang memilukan.
Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata di Kalimantan Timur, Paran mengatakan, dulunya danau ini merupakan permukiman penduduk. Mereka hidup dengan berladang dan memiliki rumah singgah di ladang itu.
Sang suami naik pitam. Ia menghampiri istrinya yang tengah menari sambil membawa ekor lutung yang dikeringkan. "Sampai di sana, dia pukul tambur dengan ekor itu keras-keras. Orang lihat itu aneh, tidak biasa terjadi. Jadi orang tertawa-tawa saja," kata Paran.
Namun, seketika terjadilah bencana di puncak Kampung Linggang Melapeh itu. Angin ribut beserta hujan deras datang bersamaan dan memporakporandakan tempat itu.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan