“Saya bangga warisan budaya leluhur Suku Rongga terus dipertahankan. Saya dan warga bangga dilibatkan dalam berbagai kegiatan dengan menampilkan kekhasan Suku Rongga seperti menjemput tamu dengan berkuda. Di Pulau Flores, tradisi ini hanya ada di Suku Rongga yang ada di Kabupaten Manggarai Timur,” jelasnya.
Antonius menjelaskan, tahun lalu, sebanyak 15 kuda dengan penunggangnya menjemput tamu dari Keuskupan Ruteng saat kegiatan Hari Pangan Sedunia (HPS).
Selain itu, pada awal Januari 2016, rombongan imam dan mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Ledalero, Maumere dijemput dengan pasukan berkuda.
“Kami berharap tradisi ini dipromosikan terus untuk melestarikan kekhasan budaya masyarakat Flores. saat ini sejalan dengan geliat pariwisata di Flores, tradisi ini dijadikan ikon baru dalam menjemput tamu. Kami siap membentuk sanggar tradisi berkuda,” jelasnya.
Kemarau panjang 2015 mengakibatkan kuda mati karena rumput di Padang Mausui mati. Saat ini kuda jantan hanya 25 ekor, sedangkan kuda betina masih ada ratusan ekor.
Saat musim kemarau panjang, kuda diselamatkan dengan dibawa kepada keluarga dekat untuk dipelihara.
Pada Maret dan April 2016, kuda yang dibawa keluar dikembalikan ke Padang Mausui sebab rumput sudah tumbuh karena hujan turun selama ini.
Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Ledalero, Maumere, Ignas Ledot, SVD kepada KompasTravel saat kunjungan Januari 2016 lalu menjelaskan, tradisi menjemput tamu dengan berkuda sangat unik dan langka.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.