“Selama Kuliah di STFK Ledalero sampai menjadi imam, saya baru pertama kali mengalami penjemputan oleh masyarakat dengan berkuda. Ini sangat menarik dan unik. Saya berharap tradisi ini dipertahankan,” jelasnya.
Pastor Paroki Santo Arnoldus Waelengga, Hieronimus Jelahu mengatakan, tradisi menjemput tamu dengan berkuda dibangkitkan lagi.
Tradisi unik hanya ada di masyarakat Suku Rongga. Bahkan, selama ini kuda milik masyarakat disewa untuk horse trekking di Padang Mausui dan Teleng oleh wisatawan asing.
“Saya terus mengajak masyarakat untuk tetap memelihara kuda sehingga keberlanjutan tradisi ini dipertahankan. Bahkan, geliat pariwisata di Flores terus meningkat sehingga ada dampaknya bagi masyarakat lokal,” jelasnya.
Berkuda sebagai Budaya Orang Manggarai
Pada zaman dahulu, leluhur orang Manggarai yang tersebar di kampung-kampung selalu menggunakan kuda untuk bepergian. Jikalau orang Manggarai berkunjung ke keluarga di kampung lain selalu menunggang kuda.
Bahkan, orang Manggarai sering bercerita bahwa berkuda juga dipergunakan untuk mengambil ikan dari warga yang hidup di pegunungan ke pesisir pantai.
Selain itu, kuda juga dipergunakan untuk mengangkut hasil bumi seperti jagung, padi, kemiri dari ladang ke rumah.
Selain, kuda juga wajib dipelihara orang Manggarai. Kuda juga diperuntukkan untuk mahar perkawinan dari pihak orangtua laki-laki kepada pihak orangtua perempuan.
Dan juga menunggang kuda pergunakan oleh misionaris Katolik untuk berkunjung dari kampung ke kampung di seluruh wilayah Manggarai Raya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.