Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berlabuh di Pantai Labuana, Donggala

Kompas.com - 02/03/2016, 17:39 WIB
MATAHARI siang menerangi pesisir Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Minggu (7/2/2016). Pantai yang mengelilingi Teluk Balaesang di Selat Makassar itu memendarkan cahaya putih, memantulkan sinar matahari. Hingga sejauh 50 meter ke laut, dasar laut masih terlihat jelas.

Pasir putih, ikan, rerumputan halus, dan karang seperti menampakkan diri. Lepas dari laut dangkal, terbentang perairan teluk nan biru.

Bentangan pantai berpasir putih lembut bernama Pantai Labuana itu terletak di wilayah dua desa bertetangga, yakni Desa Lambogia, Kecamatan Balaesang, dan Desa Lende Tovea, Kecamatan Sirenja.

Lokasi pantai terletak sekitar 105 kilometer arah utara Kota Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah. Butiran pasir terasa lembut.

Ada enam lokasi yang biasa dijadikan titik kumpul untuk bersantai, berenang, ataupun berkemah di Pantai Labuana. Bentangan pantai yang dijadikan obyek wisata sekitar 1 kilometer.

Namun, pengunjung lebih memilih lokasi yang ada di Dusun II, Desa Lende Tovea. Di titik itu pantai landai dan terdapat banyak pohon ketapang yang rindang. Laut yang dangkal dengan gulungan ombak kecil nyaman untuk berenang, termasuk bagi anak-anak. Orangtua hanya perlu mewaspadai lalu lalang sampan nelayan.

Berwisata ke Pantai Labuana, pengunjung bisa memilih berbagai aktivitas, mulai dari berenang dan bermain-main di pasir, berkemah, menikmati pendaran cahaya keemasan matahari kembali ke peraduan, hingga memancing di teluk nan biru.

Untuk memancing, pengunjung bisa memanfaatkan dermaga kayu yang menjulur sekitar 50 meter ke teluk. Banyak ikan yang bisa dikail, yakni ikan katombo hingga marlin (ikan sori). Kalau mau yang lebih menantang, perahu nelayan juga bisa disewakan untuk memancing di teluk.

Siang itu jumlah pengunjung Pantai Labuana mencapai 200 orang. Pengunjung berasal dari daerah sekitar, tak sedikit pula dari Kota Palu dengan menempuh perjalanan menggunakan mobil sekitar tiga jam.

Berkemah

Pengunjung yang berkemah sejak Sabtu (6/2/2016) lebih banyak daripada yang mendatangi tempat itu pada Minggu siang. Mereka ingin menikmati gelombang teluk dan juga pendar keemasan matahari terbenam.

”Melihat matahari terbenam, saya merasa plong. Ini tempat yang perlu dikunjungi,” ujar Adnan (27), pengunjung asal Palu, yang datang berkemah bersama lima sahabatnya.

Karena terletak di kampung nelayan, pengunjung bisa menikmati aktivitas harian nelayan atau bahkan turut mengambil bagian di dalamnya. Pengunjung dapat ikut nelayan mengeluarkan ikan dari jala yang ditebar tak jauh dari pantai.

”Ini wisata yang komplet. Pengunjung dan nelayan bisa berinteraksi. Kalau lokasi ini dikembangkan dengan baik, semua itu bisa dikemas dengan menarik. Perekonomian di sini pasti berkembang,” ujar Abdian Rachman (27), pemuda Balaesang.

Pantai Labuana mulai ramai dikunjungi satu tahun belakangan ini. Pengunjung mendapatkan informasi awal di media sosial, lalu tersebar dari mulut ke mulut.

Penduduk setempat pun menyambut perubahan di desa mereka itu. Sejak Pantai Labuana dikunjungi, mereka membuka kios yang menjual air minum kemasan, nasi, dan es kelapa muda.

Ikan segar sangat mudah didapat di tempat dengan harga yang murah. Kios-kios juga menjual arang kalau pengunjung ingin memanggang ikan. Hingga saat ini, obyek wisata itu dikelola pemerintah desa. Tarif sekali masuk ke tempat itu Rp 3.000 dan Rp 5.000 untuk setiap pengunjung beroda dua dan empat.

Di lokasi parkir, pengunjung harus merogoh kocek lagi untuk sewa parkir sepeda motor Rp 2.000 dan mobil Rp 3.000. Retribusi masuk dilengkapi dengan karcis yang ditandatangani kepala desa, sementara kutipan uang parkir tanpa keterangan tertulis.

Fasilitas dan akses

Namun, Pantai Labuana belum dilengkapi dengan fasilitas standar. Hanya ada dua kamar kecil. Belum ada bungalo atau semacamnya sebagai tempat wisatawan bersantai ria sambil menikmati hawa pesisir.

Dari segi akses, jalur ke tempat wisata itu perlu segera ditata. Tempat ini berjarak sekitar 5 kilometer dari jalur Trans-Sulawesi poros Palu-Tolitoli, Kabupaten Tolitoli.

Hampir separuh rute yang menyisir pantai itu masih berupa jalan tanah. Ada dua titik yang cukup membahayakan pengendara, berupa tanjakan dan turunan
sejauh 50 meter. Jalan agaknya sulit dilintasi kalau hujan turun.

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Donggala M Sadjuan menyatakan, sejumlah titik di pantai barat, termasuk Pantai Labuana, sedang dipetakan untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata. Obyek wisata nantinya dikembangkan, baik oleh desa setempat maupun pihak ketiga yang kompeten.

”Pesisir pantai barat memang berpotensi untuk pengembangan wisata. Ini ada dalam agenda kami. Kami juga akan menyiapkan masyarakat setempat agar mereka tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku utama wisata,” ujar Sadjuan. (Videl Jemali)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com