"Jadi ukiran Asmat tersebut sudah mendunia. Ukiran tersebut menjadi hal nomor satu, dan menjadi daya tarik cukup tinggi," kata kata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Papua, David Pagawak di Jayapura, Kamis (3/3/2016).
David mengatakan, sebelum pesta budaya lain bermunculan di Papua, Pesta Budaya Asmat sudah ada, dan terus dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten setempat.
(BACA: Kadispar: Pariwisata Papua Terhambat Isu Keamanan)
Pada pesta itu yang ditonjolkan ialah ukir-ukiran, di mana ada satu hari yang disediakan untuk lomba ukir-ukiran dan siapa yang berhasil ukir lebih cepat dialah yang juara.
Menurut David, pada pesta budaya tersebut, pameran ukiran menjadi daya tarik utama, karena ukiran yang dibuat perajin dilelang.
"Ukir-ukiran dijual pada saat itu, dan kebanyakan dilelang pada saat pemerintah provinsi ke sana," ujarnya.
Tentu, lanjut David, dengan dilaksanakannya Pesta Budaya Asmat tersebut tidak terlepas dari adanya kerja sama dengan lembaga lain.
"Dalam menyambut kegiatan tersebut, biasanya Gereja Katolik yang mengkoordinir kegiatan itu, lalu pemerintah siapkan dana untuk mendukung pesta itu, sedangkan Pemprov menyiapkan barang-barang festival," tambah David.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.