Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tongseng Burung Emprit dan Codot, Berani Coba?

Kompas.com - 08/03/2016, 04:03 WIB
BANTUL, KOMPAS.com - Burung emprit selama ini hanya dianggap hama oleh petani. Keberadaan burung yang selalu berkelompok ini sangat mengganggu karena memakan bulir-bulir padi dan jika dibiarkan mampu menurunkan hasil panen.

Tetapi di tangan Dani Iswanto (29), burung berukuran kecil ini mampu menjadi hidangan yang lezat.

Sejak delapan tahun yang lalu pria yang akrab disapa Dani tersebut membuka warung makan di Dusun Glondong, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menjadikan burung emprit dan codot (kelelawar) sebagai menu andalannya.

Codot atau kelelawar yang siap disantap setelah digoreng dan dibumbui. Bisa juga dibuat tongseng ala Bantul, Jogja. Ide awal untuk menjajakan dua makanan yang cukup ekstrim tersebut berawal dari kebiasaan Dani berburu.

"Dulu jika mendapatkan hasil buruan dimasak dan dimakan sendiri, ternyata rasanya enak. Lantas saya mencoba membuka warung makan yang menjual emprit dan codot," ujarnya saat ditemui di warungnya.

Baik emprit maupun codot diolah menjadi dua macam jenis masakan, yakni tongseng dan digoreng kering. Sebelum dimasak dan disajikan kepada pelanggan. Emprit terlebih dahulu dibersihkan dari bulunya kemudian dikukus.

Sedang untuk codot, setelah disembelih kemudian direbus agar mudah membersihkan bulunya. Jadi sebelum digoreng maupun dimasak tongseng kedua jenis daging tersebut telah matang. Bagi Anda yang beru pertama kali mencicipi olahan emprit jangan heran jika ukurannya kecil-kecil.

Meskipun ukurannya mini, tetapi soal rasa boleh diadu dengan unggas lainnya. Rasa daging emprit cukup gurih. Daging burung emprit dalam bentuk tongseng dan digoreng.

Karena ukurannya yang kecil, Anda tidak perlu repot memisahkan daging dan tulangnya, karena bisa disantap seluruhnya.

Saat dimasak tongseng, daging emprit yang sudah gurih berpadu pas dengan beragam bumbu rempah tongseng yang terdiri dari bawang putih, merica, ketumbar, dan bawang merah serta sedikit kecap.

Menu satu ini cocok dikonsumsi dengan nasi hangat dan lalapan kubis, timun, dan tomat. Selain itu, emprit gorengnya juga tidak kalah gurih. Daging emprit yang sebelumnya telah matang dimasukan ke dalam bumbu bawang dan garam kemudian digoreng hingga kering.

Gurih dan renyah akan Anda rasakan saat mencicipinya. Proses dan bumbu yang sama juga digunakan untuk mengolah codot. Rasa daging codot juga tidak kalah gurih dari pada emprit.

Selain rasanya yang lezat, kedua hidangan ini banyak diburu masyarakat karena beragam khasiatnya. Diungkapkan Dani, codot dikenal ampuh menyembuhkan penyakit asma.

"Banyak pelanggan saya yang mencari codot untuk obat asma, dan banyak yang cocok," ungkapnya.

Karena cukup banyak peminatnya dalam dua hari warung makan ini mampu menghabiskan sekitar 300 ekor codot. Sedang untuk emprit jumlahnya bisa mencapai 500 ekor.

Emprit sendiri didapatkan Dani dari para pemburu yang menangkapnya menggunakan jaring di kawasan Bantul. Sedang untuk codot, harus didatangakan dari daerah Kebumen.

Di warung makan yang setiap harinya buka dari pukul 16.00 hingga 21.00 tersebut juga menyediakan landak, bajing atau tupai, dan biawak.

Tetapi ketiga jenis binatang ini tidak setiap hari ada. Untuk bajing, hanya bisa ditemui para pelanggan setiap hari Minggu. Meskipun memiliki rasa yang lezat dan kaya manfaat, tetapi emprit dan codot harganya cukup terjangkau.

Seporsi olahan emprit (baik tongseng maupun goreng) yang berisikan 10 ekor dapat Anda nikmati dengan harga Rp 12.000. Dan untuk codot, harga per ekornya Rp 10.000. (Tribun Jogja/Hamim Thohari)

Artikel ini sudah pernah dimuat di Tribun Travel dengan judul "Kelelawar dan Burung Emprit Tadinya Dianggap Hama, Kini Disulap Jadi Tongseng Sedap!"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com