Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menpar: Kerja Sama ASEAN Untungkan Indonesia

Kompas.com - 14/03/2016, 14:33 WIB
BERLIN, KOMPAS - Indonesia memandang penting kerja sama negara-negara ASEAN dalam industri pariwisata. Dengan bekerja sama, Indonesia akan mendapatkan keuntungan meraih lebih banyak wisatawan asing.

Demikian dikemukakan Menteri Pariwisata Arief Yahya di Gedung Kedutaan Besar Indonesia di Berlin, Jerman, Jumat (11/3/2016) malam waktu setempat.

Arief berada di Berlin terkait dengan bursa pariwisata terbesar di dunia, ITB Berlin 2016. Ia menyebutkan, dengan bersatu, negara-negara ASEAN dapat menghadapi tantangan bersama.

(BACA: Flores, Toraja, dan Wakatobi Berpartisipasi di ITB Berlin)

”Hidup berdampingan tidak hanya untuk bersaing, tetapi juga bekerja sama,” ujar Arief, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Agus Mulyadi, dari Berlin.

Pembukaan kerja sama negara-negara ASEAN untuk program ”ASEAN a Single Destination” itu berlangsung di sela-sela acara ITB Berlin 2016, Sabtu kemarin.

BARRY KUSUMA Festival Lembah Baliem di Kabupaten Wamena, Papua, berlangsung 6-8 Agustus 2015.
Menurut Arief, pada 2015, total kunjungan wisatawan asing di 10 negara ASEAN sebanyak 100 juta orang. Jumlah itu setara dengan 100 juta kunjungan wisatawan asing ke Tiongkok.

Saat ini, jumlah kunjungan wisatawan ke negara ASEAN, antara lain, terbagi ke Thailand sekitar 30 juta orang, Malaysia (25 juta), Singapura (15 juta), Indonesia (10 juta), dan negara lain sekitar 20 juta.

”Untuk menandingi Tiongkok, tidak mungkin dilakukan secara sendiri-sendiri oleh negara-negara di ASEAN. Bagi Indonesia, kerja sama itu penting dan akan menguntungkan,” tutur Arief.

Ia menyebutkan, Singapura dapat menjadi pintu masuk bagi wisatawan asal Tiongkok. Dari negara pulau itu, wisatawan dapat menuju ke sejumlah daerah tujuan wisata Tanah Air.

Berbagai upaya untuk menarik lebih banyak wisatawan asing ke Indonesia, menurut Arief, harus dilakukan dengan cara-cara berstandar dunia. Oleh karena itu, segala peraturan yang menghambat masuknya kapal pesiar atau perahu wisata, misalnya, harus dihilangkan.

KOMPAS/DWI AS SETIANINGSIH Permainan tete alu yang menuntut konsentrasi.
Upaya lain adalah mengikuti pameran dan bursa wisata, seperti ITB Berlin 2016, yang rutin dilakukan tiap tahun.

Dengan berbagai upaya itu, menurut Arif, peringkat branding Indonesia saat ini bertengger pada posisi ke-47 dunia. Dua negara tetangga yang sebelumnya di atas Indonesia, yakni Thailand dan Malaysia, masing-masing berada di peringkat ke-83 dan ke-96. Tahun 2013, Indonesia belum punya peringkat.

Di Berlin, Arief Yahya bertemu dengan Sekretaris Jenderal Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO) Taleb Rifai.

Dalam pertemuan itu disepakati tiga hal. Indonesia diundang ke UNWTO di Madrid. Indonesia akan difasilitasi UNWTO untuk bertemu dengan investor wisata dari Spanyol.

Selain itu, UNWTO dan Pemerintah Tiongkok juga akan mengundang Indonesia untuk proyek Jalur Sutra Laut. Indonesia terpilih untuk proyek itu.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Atraksi kesenian khas Lombok, 'gendang beleq' pada peresmian Hotel d'Praya Lombok di Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kamis (9/10/2014).
Arief menambahkan, Sekjen UNWTO akan berkunjung ke Indonesia saat penyelenggaraan PATA (Pacific Asia Travel Association) Travel Mart di Jakarta, September nanti. Pelaksanaan acara tersebut akan diselenggarakan di Pangandaran (Jawa Barat), Kulon Progo (DI Yogyakarta), dan Mandalika (Nusa Tenggara Barat).

Arief memaparkan peluang lain yang harus terus dikembangkan di Indonesia dengan tujuan meraih devisa lebih banyak. Dua di antaranya adalah peluang bisnis MICE (pertemuan, insentif, konvensi/konferensi, dan pameran) serta financial services.

Khusus untuk MICE, pemerintah akan mengembangkannya di sekitar kawasan Walini, Jawa Barat.

”Untuk financial services, Indonesia belum punya. Ini yang harus dikembangkan pula di Indonesia,” ujar Arief.

Duta Besar Indonesia untuk Jerman Fauzi Bowo mengingatkan, mengenalkan wisata Indonesia tidak hanya semata tugas pemerintah. Semua pihak, termasuk warga negara Indonesia di luar negeri, dapat mengenalkan Indonesia.

BARRY KUSUMA Tradisi Hombo Batu atau lompat batu di Kepulauan Nias, Sumatera Utara.
”Termasuk mahasiswa. Di Jerman, dengan lebih dari 10.000 mahasiswa asal Indonesia, kesempatan untuk lebih mengenalkan Indonesia tentu besar sekali,” katanya.

Arief menambahkan, wisatawan dari Eropa termasuk yang akan terus ditingkatkan. Khusus Jerman, pada tahun 2015 terdapat kenaikan kunjungan wisatawan sekitar 4 persen.

”Paling tidak, tahun ini dari Jerman naik 14 persen, seperti dari Inggris,” ujar Arief.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com