Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertanian dan Perkebunan di Belitung Kurang Mendukung Pariwisata

Kompas.com - 14/03/2016, 23:15 WIB
Muhammad Irzal A

Penulis

BELITUNG, KOMPAS.com - Pelaku pariwisata Belitung mengeluhkan pertanian dan perkebunan setempat kurang mendukung untuk kegiatan Pariwisata. Beberapa kebutuhan dari sektor pertanian dan perkebunan yang berkaitan langsung dengan pariwisata masih sulit bahkan harus impor dari luar.

Tanah Belitung yang berpasir, dan kaya akan mineral untuk ditambang nampaknya berbanding terbalik bagi pertanian dan perkebunannya. Ini sangat berimbas langsung pada sektor pariwisata, yang saat ini sedang berkembang di Belitung.

Markus Joapinto, pemilik Warkop Milenium mengeluhkan jika Manggar yang telah terkenal dengan Kota 1001 warkop sejak puluhan tahun lalu, tapi kopi tersebut harus didatangkan dari Lampung.

“Harapannya semoga pemerintah dinas terkait bisa mengusahakan lah, dengan tanah yang seperti ini dengan teknologi. Karena selain biaya produksi besar, sulit juga kalau bergantung ke daerah lain,” ujar Markus kepada KompasTravel dalam acara Corporate Media Gathering BW Suite ke Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, Jumat (11/3/2016).

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Replika SD Muhammadiyah Gantong di Desa Lenggang, Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung yang diangkat dalam film 'Laskar Pelangi'.
Menurutnya, jika Belitung sudah bisa mengembangkan kopi sendiri, maka optimis bisa sangat mendongkrak pariwisata yang sudah terkenal dengan julukan Kota 1001 kopi di Manggar.

Bonar Sitorus, juru masak salah satu hotel berbintang di Belitung, pun mengeluhkan hal yang sama, bahwa pihaknya kesulitan dalam memperoleh sayuran dan bahan makanan segar di Belitung.


“Saat ini sepengetahuan saya sudah mulai bisa ditanami sayuran di Belitung, tapi keliatannya belum banyak. Sulit untuk mendapatkan bahan makanan segar, non seafood, kita harus mendatangkan dari Jakarta dan Sumatera,” ujar Bonar.

Menurut Bonar, untuk wisatawan yang datang mayoritas dari luar Belitung mau tidak mau harus menyediakan makanan umum juga, yang berarti non seafood. Namun, pihaknya masih kesulitan dalam hal tersebut.


BANGKA POS/ALZA MUNZI Lempah kuning ikan tenggiri khas Bangka Belitung.
Kalaupun ada sayur mayur atau bahan makanan non seafood bisa dipastikan dikirim dari Pulau Jawa atau Pulau Sumatera, sedangkan hasil perkebunan Belitung baik organik maupun non organik sangat sulit diperoleh.

Sebagai contoh, wortel di Pulau Jawa seharga Rp 7.000. Sampai di Belitung seharga Rp 30.000. Terlebih saat musim kemarau, sekitar bulan Oktober sangat sulit mendapatkan bahan makanan di Belitung.

“Terkadang cabai pun tidak ada, dan sekalinya ada harganya sangat tinggi. Cabai di Jawa bisa dibeli dengan harga Rp 35.000, sedangkan di Belitung dapat mencapai Rp 100.000 lebih,” ujar Bonar.

Dinas pariwisata di Belitung diminta saling bekerja sama dengan dinas terkait untuk mengembangkan hasil pertanian dan perkebunan di kawasan Belitung untuk mendukung sektor pariwisata, atau sekadar memenuhi kebutuhan masyarakat.

Mantan Bupati Belitung Timur Basuri Tjahaja Purnama saat ditemui KompasTravel di kediamannya, Gantong, mengatakan Belitung Timur memang sudah saatnya mengembangkan perkebunan dan pertanian untuk mendukung sektor pariwisata.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Ramainya warung kopi di daerah Manggar, Belitung Timur.
Menurut Basuri, sejak dirinya masih menjabat sebagai Bupati Belitung Timur, kebutuhan akan sayur mayur dan bahan makanan non seafood sudah banyak.

“Sejak saya masih menjabat, masyarakat sudah mulai mempelajari teknik-teknik pertanian dan perkebunan yang menjadi bahan pokok. Dulu sudah bisa menanam wortel walaupun tidak sama dengan yang tumbuh di Jawa, saya rasa ini memang jadi keunikan Belitung nantinya,” ujar Basuri.

Basuri mengharapkan dinas terkait lebih mengajak masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Selain untuk mendorong pariwisata sebagai sumber ekonomi potensial di sana, juga dapat untuk kehidupan pribadi mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com