Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Ombak Bono, Pengalaman Dikejar Tujuh Hantu Itu Takkan Terlupakan...

Kompas.com - 15/03/2016, 17:16 WIB

Tim Redaksi

TELUK MERANTI, KOMPAS.com - Fenomena alam luar biasa, ombak besar di Sungai Kampar yang lebih dikenal dengan istilah “bono” semakin dikenal di Tanah Air dan kalangan peselancar dunia.

Di Isle Surf and SUP, situs selancar dunia, bono Sungai Kampar dikategorikan gelombang sungai terbaik dari lima lokasi di dunia.

Nomor dua berada di Sungai Qiantang yang membelah Provinsi Haining, China, yang diberi sebutan Naga Perak. Lalu di Sungai Araguari, Apama, Brasil; Gloucertershire di Inggris; dan Cook Inlet di Alaska, Amerika Serikat (AS).

Lima tahun terakhir, bono semakin dikenal dunia luar. Beberapa peselancar asing hadir, seiring masuknya lembaga pemerhati lingkungan dunia, Greenpeace, di Semenanjung Kampar.

(BACA: Mengenal Ombak Bono: Mitos di Antara Tujuh Hantu Lama dan 1.000 Hantu Baru)

Peselancar kelas dunia, seperti Steve King, beberapa kali datang dan menjajal ketahanan berselancar dan mampu memecahkan rekor dunia berselancar sejauh 12,3 kilometer pada tahun 2013.

Namun, rekor King kini sudah dipertajam oleh James Cotton asal Melbourne Australia dengan jarak 17,2 kilometer pada Kamis, 10 Maret 2016. Cotton bersama dua rekannya Roger Gamble dan Zig van der Sluys juga mencatatkan rekor dunia selancar berkelompok (trio) sejauh 37,2 kilometer.

Atlet selancar top Indonesia seperti Marlon Gerber dan Arya Subiakto juga kerap menikmati bono. Peselancar dunia Antony Colas, Eduardo Bage, Fabrice Colas, dan Patrick Audoy bahkan sempat membuat film dokumenter ekspedisi bono yang disutradarai Maxence Peyras.

Film itu mendapatkan penghargaan ketiga terbaik pada festival film selancar dunia tahun 2011. Bono pun kian berkibar.

Apa yang sebenarnya dijual?

Meski memiliki keunggulan, banyak orang bertanya-tanya, apa sebenarnya yang dijual (Kementerian Pariwisata RI, Dinas Pariwisata Riau dan Pelalawan) dalam fenomena alam di Semenanjung Kampar, Teluk Meranti, Pelalawan, Riau itu?

Bagi para peselancar, ombak bono dapat dikatakan sebagai cabang baru olahraga surfing yang wajib dijajal. Peselancar ombak laut pasti akan terpukau dengan ombak bono.

Ombak laut yang lebih dinamis akan pecah di pantai, sementara ombak bono yang cenderung monoton namun tidak dapat diprediksi akan terus berjalan sepanjang alur sungai sepanjang 30 kilometer lebih, dengan ketinggian berubah-ubah tanpa putus.

Di laut, atlet selancar dapat melakukan atraksi berliak-liuk, berlika-liku di atas ombak atau masuk ke dalam terowongan gulungan ombak dan menyelesaikan seluruh aksi saat ombak pecah di pantai.

Setelah itu peselancar akan mencoba manuver baru dengan berenang lagi ke tengah laut untuk mengejar ombak dan mengulang atraksi. Begitu seterusnya.

Berselancar di bono pada prinsipnya sama seperti di laut. Atlet harus mengejar ombak dan melakukan atraksi di atas gelombang. Bedanya, atlet dapat bertahan mengikuti aliran bono yang tidak terputus di atas papan selancar sejauh kemampuan fisiknya.

Apabila terjatuh, dia akan ketinggalan bono dan berhenti sampai di situ. Untuk dapat berselancar lagi, harus dengan bantuan perahu mesin cepat (speed boat) atau sepeda motor air (jetski) untuk mengejar bono yang sudah berjalan di depan.

Cara menonton

Kejuaraan selancar (laut) kelas dunia di Australia dan Amerika, umumnya menyediakan tribun tempat penonton di pinggir pantai. Dari tribun, wisatawan atau penikmat selancar dapat melihat aksi atlet idolanya.

KOMPAS/SYAHNAN RANGKUTI Mengabadikan momen dikejar ombak bono sungguh mengasyikkan dan takkan terlupakan.
Di bono Semenanjung Kampar, belum ada tempat representatif untuk wisatawan atau penikmat melihat aksi peselancar, apalagi di lokasi yang memiliki ombak besar sampai empat meter. Cara terbaik, namun menguji nyali dan cukup berbahaya adalah dengan mengikuti bono dengan perahu mesin cepat.

Perahu harus mampu berjalan di depan bono apabila tidak ingin dilindas ombak tinggi.

Dari perahu ini, melihat ombak besar mengejar di belakang dipastikan akan menaikkan kadar adrenalin dalam darah. Pemandangan dikejar bono yang menurut mitos disebut "tujuh hantu" itu sangat menantang dan dipastikan akan menjadi pengalaman tidak terlupakan seumur hidup.

Cara itu tentu terbilang mahal, karena ongkos sewa boat tidak murah. Apalagi orang-orang yang takut air atau tidak dapat berenang, juga tidak disarankan ikut dalam perahu mesin cepat dikejar-kejar bono.

Metoda paling aman dan murah adalah menonton bono dari pinggir sungai. Hanya saja, bono yang dapat dilihat tentunya hanya sekali lewat saja.

Wisata bono sebenarnya dapat dikembangkan untuk wisatawan yang ingin belajar berselancar di atas bono kecil, terutama dekat dengan perkampungan. Apalagi saat ini lebih dari 30 warga lokal, senantiasa memanfaatkan bono sebagai ajang bersenang-senang. Atlet lokal yang terlatih, dapat menjadi pelatih wisatawan.

KOMPAS/SYAHNAN RANGKUTI Mengabadikan momen dikejar ombak bono sungguh mengasyikkan dan takkan terlupakan.
Jadi, masih banyak jualan bono yang dapat dikembangkan termasuk paket dikejar-kejar bono yang mendebarkan itu. Kreativitas seperti itulah yang harus diikembangkan.

Sekarang ini, banyak wisatawan bono yang rada kecewa tidak mendapatkan gambaran seperti digembar-gemborkan media. Apalagi untuk mencapai Teluk Meranti harus melalui jalan rusak sejauh 55 kilometer yang membuat badan serasa remuk redam.

Kerja keras pemerintah untuk membenahi bono memang masih dibutuhkan, agar fenomena alam itu benar-benar dapat dijual sebagaimana mestinya obyek wisata. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Travel Update
8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

Travel Tips
Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Travel Update
Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com