Pawan-Kubu Landscape Leader, WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat, Ian M. Hilman mengatakan, hasil pengamatan WWF di Lansekap Kubu, setidaknya ditemukan kawasan yang memiliki Nilai Konservasi Tinggi (NKT).
“Ada hutan mangrove dengan komposisi jenis yang cukup banyak. Setidaknya ada 40 jenis mangrove termasuk Candelia candel, habitat bekantan, habitat pesut, dan baru teridentifikasi ada 60 jenis burung,” ungkap Ian.
Upaya kolaboratif pengelolaan berbasis konservasi merupakan hal yang perlu dikedepankan di Lansekap Kubu, mengingat pemerintah sudah menerbitkan izin-izin usaha bagi berbagai jenis usaha seperti IUPHHK-HA (HPH), IUPHHK-HT (HTI), IUPHHK-Restorasi Ekosistem (RE), sawit dan tambang.
Sehingga, untuk menjamin keseimbangan antara fungsi produksi dan konservasi di Lansekap Kubu, perusahaan swasta menjadi salah satu aktor kunci. Namun, yang tak kalah penting juga adalah dukungan masyarakat yang ada di dalam dan di sekitar Lansekap Kubu.
Direktur Utama PT Kandelia Alam, Fairus Mulia mengatakan, pihaknya memandang penting upaya kolaboratif para pihak dalam pengelolaan kawasan mangrove berbasis konservasi di Kabupaten Kubu Raya ini.
“Tujuan-tujuan produktif konsesi tetap diselaraskan dengan kepentingan konservasi seperti program restorasi mangrove dan perlindungan satwa liar serta peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan konsesi,” kata Fairus.
Hal senada juga disampaikan Direktur PT Ekosistem Khatulistiwa Lestari (EKL), Ahmad Zaenal Fanani yang turut mendukung langkah pengelolaan kolaboratif di Lansekap Kubu.
“Program peningkatan produksi, restorasi dan konservasi mangrove dan gambut ini dilakukan sebagai upaya bersama untuk menjamin kelestarian ekosistem beserta fungsinya dan SDA yang ada di Kubu Raya,” ujar Zaenal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.