Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Brownies Markisa Noerlen, Bentuk Perlawanan Sang Seniman

Kompas.com - 22/03/2016, 08:12 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

Dalam satu jam pemanggangan di oven menghasilkan delapan loyang. Rasa yang identik adalah markisa karena selainya berada di dalam dan permukaan. Adonannya terdiri dari tepung, telur, mentega, gula, dan susu.

Komposi selai adalah sirup, bubur sama selai, di masak menggunakan maizena. Kenapa disebut brownies, Lisa bilang, secara teori kue karena ukurannya yang pendek, kalau tinggi namanya cake atau bolu.

Menurutnya, makanan sama fashion tidak ada beda, kelebihan di makanan, juga ikut tren. Era tiga tahun lalu adalah gila-gilanya rainbow cake, makarun dan brownies kukus. Kalau soal taste, dengarkan saja komplain orang-orang lalu ambil sikap sendiri.

“Format memasak kue itu dari jajan nenek sampai sekarang tetap sama. Kelemahan zaman sekarang adalah pengenalan item-item yang memudahkan dengan tujuan mengurangi biaya produksi. Biasanya masuklah pengawet dan sari gula. Saya dalam konteks inilah atas nama Chamil tidak mau melakukannya. Saya prinsipnya baru mau jual kalau saya yakin bisa saya makan,” ucap perempuan berhijab itu yang diamini Kak Mimi.

Perbedaan orange cake atau lemone cake dengan brownies markisa adalah di pewangi makanannya. Di kedua cake itu biasanya menggunakan bagian luar buah seperti kulit dan daun jeruk.

Di brownies markisa, yang diandalkan justru rasa asam isi buah. Jadi agak sulit bermain jika harus mencampurkan rasa lain agak rasa markisanya keluar. Warna kuningnya natural, berasal dari kuning telur dan mentega dan penabur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com