Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wiyanto Haditanojo, Penyelamat Penyu dari Banyuwangi

Kompas.com - 23/03/2016, 07:15 WIB
BERMULA dari langkah kecil, Wiyanto Haditanojo berhasil menggerakkan warga di pesisir Banyuwangi, Jawa Timur, untuk melindungi penyu langka. Dengan kegigihan dan kerendahan hati, ia merangkul para pemburu telur penyu menjadi relawan penyelamat penyu.

Jam menunjukkan pukul 01.00. Lewat pesan singkat, Wiyanto yang akrab dipanggil Wiwid mengabari soal keberadaan sarang telur penyu baru di daerah Pantai Boom, Banyuwangi. Dia dan tim relawan langsung bergerak cepat untuk menyelamatkan telur penyu dari pencurian, tak peduli hawa dingin menggigit pada malam itu.

Benar saja, saat mereka datang, ada penyu lekang besar yang telah meninggalkan telurnya di Pantai Boom. Beberapa pemburu telur penyu pun sudah bersiap mengambil telur. Namun, mereka surut saat mengetahui ada relawan yang datang untuk menyelamatkan telur-telur penyu itu.

Itu adalah kisah pada 2013 saat pencurian telur penyu masih marak di Banyuwangi. Di daerah ujung timur Pulau Jawa itu, pemburu dan penyelamat beradu cepat mendapatkan telur penyu. Namun, jumlah pemburu lebih banyak.

Selain itu, garis pantai di Banyuwangi yang menjadi area perburuan telur penyu juga panjang, yakni 90 kilometer.

Sementara itu, para penyelamat telur penyu baru mampu menyambangi secara teratur area sepanjang 19 kilometer garis pantai. Di area itulah mereka ”bertempur” dengan pemburu telur penyu.

Saat musim penyu tiba, sekitar April hingga Oktober, para pemburu telur penyu bermunculan. Setiap malam, mereka menanti induk penyu yang merapat ke pantai untuk bertelur. Telur yang mereka ambil lantas dijual di pasar atau di kedai jamu tradisional.

Maraknya perburuan telur penyu saat itu tergambar dari banyaknya telur penyu yang beredar di pasar tradisional. Telur-telur bercangkang empuk itu mudah sekali ditemukan di pasar-pasar di Banyuwangi.

Pedagang pun tidak sungkan-sungkan memajangnya di lapak dengan harga Rp 2.000 per butir.

Begitu maraknya perburuan telur penyu membuat Wiwid prihatin. Ia dan relawan penyelamat penyu di Yayasan Penyu Banyuwangi pun berpatroli.

Saat musim telur penyu tiba atau sekitar Juni hingga Oktober, Wiwid dan para relawan seolah pindah tidur dari rumah ke pantai untuk menyelamatkan telur penyu yang baru saja diletakkan oleh induknya.

Kadang mereka berhasil, kadang gagal lantaran pemburu telur penyu lebih dahulu mengambil telur-telur tersebut. Meski begitu, Wiwid dan kawan-kawan tak pernah menyerah.

Jika pada malam hari mereka berpatroli, pagi hingga sore hari mereka mendatangi perkampungan dan sekolah-sekolah untuk menyosialisasikan tentang keberadaan penyu yang terancam.

Aula kelurahan, masjid, dan warung kopi menjadi tempat mereka merangkul warga dan anak-anak sekolah untuk peduli terhadap penyu.

Hingga kini, Wiwid masih bergerilya mengajak warga untuk menyelamatkan penyu. Kamis (17/3/2016), misalnya, ia mendatangi sekolah-sekolah untuk mengenalkan kecintaan kepada penyu dan mengajak anak-anak ikut melestarikannya.

Kepada anak-anak, ia menerangkan keberadaan penyu yang kian hilang. Penyu yang mendarat ke pantai kian sedikit karena regenerasi hampir terputus akibat perburuan telur penyu.

”Sekitar 20 tahun lalu, mudah sekali melihat penyu bertelur. Kini susah. Bisa terbayangkan akibat perburuan telur penyu,” ujarnya.

Jatuh-bangun

Wiwid punya kecintaan luar biasa terhadap penyu. Kecintaannya berawal dari seekor penyu yang ia selamatkan saat terjaring jala nelayan.

Gerakan yang ia jalankan tak selalu mulus. Pernah suatu kali mereka kehilangan telur penyu yang telah mereka selamatkan di tempat perlindungan penyu di Pantai Boom. Pernah juga mereka kehilangan pompa air yang menjadi peralatan penting dalam penetasan penyu.

Gara-gara telur penyu hilang, polisi pun menyisir pasar mencari penadah penyu. Ternyata ada hikmah dalam peristiwa pencurian itu. Kini telur penyu tidak lagi bebas diperdagangkan di pasar-pasar secara terbuka karena pedagang takut ditangkap polisi.

Untuk menyelamatkan penyu, Wiwid pun harus jatuh-bangun membiayai gerakannya. Pada awal gerakannya, Wiwid sempat menghitung besaran dana yang harus ia keluarkan untuk membiayai gerakan penyelamatan penyu.

Jika dihitung-hitung, sekitar Rp 12 juta ia keluarkan setiap bulan saat itu. Uang itu sangat besar bagi Wiwid yang sehari-hari berbisnis peralatan elektronik.

Uang itu sebagian ia gunakan sebagai uang lelah para nelayan yang setiap malam membantunya. Ia juga menggunakan uangnya untuk membeli nasi bungkus atau kopi saat mereka harus lembur di musim penyu bertelur.

”Mereka tak meminta bayaran sebenarnya, tetapi mereka, kan, tak bisa bekerja saat membantu saya. Ya, sekadar kopi bisa menyenangkan mereka,” kata Wiwid.

Wiwid juga harus menyediakan pakan penyu bagi penyu yang telah menetas dan belum dilepaskan. Jangan heran juga jika melihat Wiwid memborong berkilo-kilogram ikan sarden segar di pasar Banyuwangi di pagi hari.

Sarden kecil-kecil itu ia sediakan sebagai makanan bagi tukik yang benar-benar ia perlakukan seperti anak sendiri.

Wiwid juga pernah disalahkan karena dianggap menyalahi aturan bahwa telur penyu seharusnya tak dipindah dari lokasi awal.

Menurut Wiwid, telur penyu ia pindahkan agar pengawasan lebih mudah demi melindungi telur itu dari pencurian ataupun ancaman dari predator pemangsa. ”Kalau saya biarkan saja, kami akan kekurangan tenaga untuk mengawasinya,” katanya.

Tidak mudah mengajak pemburu telur penyu untuk bergabung. Selama tiga tahun mereka bergerilya mengajak pencari telur untuk bergabung melestarikan penyu.

Ia mendatangi satu per satu rumah nelayan yang biasa berburu penyu untuk mendekati mereka. Pendekatan tak hanya dilakukan sekali, tetapi berkali-kali.

Beruntung ia mendapatkan teman seperjuangan yang mau berbagi kesulitan dengannya. Teman seperjuangannya adalah Kuswaya, mantan Kepala Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara, yang kini telah pensiun dan memilih ikut bekerja keras menyelamatkan penyu.

Bersama Kuswaya, Wiwid bisa berbagai pekerjaan dan saling memberi semangat.

Kini, kerja keras yang dimulai dari nol sudah membuahkan hasil. Dari puluhan pencari penyu, akhirnya mereka tak lagi berburu penyu. Belasan orang sukarela menjadi penyelamat penyu.

Dulu, sekitar lima tahun lalu, tak ada yang memerhatikan penyu mendarat di Pantai Boom. Tempat pendaratan itu menjadi tempat yang terabaikan. Kini, penyu malah jadi ikon Pantai Boom yang mengundang wisatawan datang.

Meskipun sudah ada hasil, Wiwid tak berhenti begitu saja. Perjuangannya menyelamatkan penyu masih ia lanjutkan. Ia bercita-cita, kelak cucu dan cicitnya tetap bisa melihat banyak penyu bertelur di sepanjang 90 kilometer garis pantai Banyuwangi. (Siwi Yunita C)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com