Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sihir Ubud di Mata Wisatawan Dunia

Kompas.com - 25/03/2016, 16:24 WIB

FILM Eat, Pray, Love (2010) yang dibintangi aktris tenar Hollywood, Julia Roberts, hanya satu dari sederet kesan mendalam tentang Ubud. Desa internasional di Kabupaten Gianyar, Bali, itu telah menjelma menjadi destinasi wisata yang menyatukan segala kerinduan manusia terhadap alam dan lingkungan kulturalnya.

Dalam laman situs TripAdvisor, Ubud terpilih sebagai satu dari 10 destinasi terbaik di Asia dan dunia tahun 2016. Agen perjalanan ini melakukan penilaian destinasi-destinasi terbaik di dunia berdasarkan pilihan wisatawan.

Survei dilakukan selama 12 bulan. Substansi nilai meliputi perhitungan kuantitas serta kualitas ulasan dan peringkat hotel, serta restoran di seluruh destinasi dunia. TripAdvisor menamakan penghargaan itu dengan ”The Travellers Choice Destination”.

Ubud beringsut menuju desa berkelas dunia sejak kehadiran para seniman, peneliti, dan penulis asing sekitar awal 1920, seturut dengan politik balas budi pemerintah kolonial, yang disebut Baliseering atau Balinisasi. Pertemuan Raja Ubud Tjokorda Gde Raka Soekawati dengan seniman Jerman Walter Spies menghasilkan perkumpulan seniman bernama Pita Maha.

Di sini kemudian bergabung pelukis Belanda Rudolf Bonnet. Lahirlah kemudian nama-nama pelukis besar, seperti I Gusti Nyoman Lempad, Anak Agung Gde Sobrat, I Gusti Made Deblog, I Tjokot, Ida Bagus Made Poleng, serta beberapa nama penting lain.

TRIBUN BALI/RIZAL FANANY Pemuda Sekaa Teruna Teruni (STT) Mekarjaya Banjar Nagi saling lempar Kulit kelapa yang dibakar di depan Banjar Nagi, Ubud, Gianyar, Bali, Jumat (20/3/2015). Ritual Perang Api dilaksanakan STT Mekarya jelang pengerupukan atau sehari sebelum Nyepi.
Perkumpulan para seniman ini bahkan menghasilkan karya seni bergaya Ubud sebagaimana yang diwariskan sampai kini. Peneliti asal Perancis, Jean Couteau, menyebut, di Ubud peran puri (keraton) sebagai patron pengemban nilai kebudayaan sangat penting.

”Puri Ubud menyerap kultur baru dari orang-orang asing kemudian memadukannya dengan kultur lokal. Itulah yang antara lain menjadikan Ubud mendunia,” ujar Jean Couteau, Rabu (23/3/2016), di Denpasar.

Penulis Noorca M Massardi, asal Jakarta, merupakan salah satu dari sekian seniman penjuru dunia yang selalu mendamba Ubud. ”Tanpa Ubud, saya tidak bisa menghasilkan karya,” katanya bersemangat.

Penulis Elizabeth Gilbert, yang menulis novel Eat, Pray, Love, menemukan ”pencerahan” setelah bertemu dengan Ubud.

Pelukis Arie Smit bahkan mengukuhkan dirinya menjadi warga Indonesia setelah merasakan kedamaian di Ubud. Smit, pencetus gaya melukis Young Artist, tinggal di Ubud hingga berusia 100 tahun. Ia meninggal Rabu tadi malam.

RYANDHIKA FIRMAN HIDAYAT Peserta 'TakeMeAnywhere' bersepeda di persawahan Ubud, Gianyar, Bali, Sabtu (19/3/2016).
Kisah-kisah para seniman itu telah menjadi sihir ke berbagai penjuru dunia, yang kemudian mendatangkan para wisatawan. Bahkan, Janet de Nefee 13 tahun lalu menyambung sihir itu dengan menggelar Ubud Writers And Readers Festival setiap tahun.

Cokorda Arta Ardana, tokoh Puri Agung Ubud yang juga Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah, mensyukuri masih begitu kuatnya magnet Ubud di mata dunia.

Ia mengakui, Ubud tidak lagi sekadar destinasi secara geografis, tetapi juga telah lahir sebagai gugusan kebudayaan. ”Godaan modernisasi begitu kuat. Kami berupaya bertahan dengan berbagai cara,” kata Cok Ace, panggilan akrabnya.

Penduduk Ubud, berdasarkan Sensus 2010, berjumlah 11.187 jiwa, sedangkan total penduduk Kabupaten Gianyar 69.631 jiwa. Luas wilayah Desa Ubud 7,32 kilometer persegi dan jarak dari Kota Denpasar 25 kilometer. Perjalanan pun bisa ditempuh dari beberapa jalur dengan beberapa pemandangan yang asri.

”Ubud sudah menjadi milik dunia internasional. Kami berupaya terus menjaga jangan sampai budaya, adatnya, serta fisik Ubud terdesak,” kata Nyoman Suradnya, warga Ubud.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com