FILM Eat, Pray, Love (2010) yang dibintangi aktris tenar Hollywood, Julia Roberts, hanya satu dari sederet kesan mendalam tentang Ubud. Desa internasional di Kabupaten Gianyar, Bali, itu telah menjelma menjadi destinasi wisata yang menyatukan segala kerinduan manusia terhadap alam dan lingkungan kulturalnya.
Dalam laman situs TripAdvisor, Ubud terpilih sebagai satu dari 10 destinasi terbaik di Asia dan dunia tahun 2016. Agen perjalanan ini melakukan penilaian destinasi-destinasi terbaik di dunia berdasarkan pilihan wisatawan.
Survei dilakukan selama 12 bulan. Substansi nilai meliputi perhitungan kuantitas serta kualitas ulasan dan peringkat hotel, serta restoran di seluruh destinasi dunia. TripAdvisor menamakan penghargaan itu dengan ”The Travellers Choice Destination”.
Ubud beringsut menuju desa berkelas dunia sejak kehadiran para seniman, peneliti, dan penulis asing sekitar awal 1920, seturut dengan politik balas budi pemerintah kolonial, yang disebut Baliseering atau Balinisasi. Pertemuan Raja Ubud Tjokorda Gde Raka Soekawati dengan seniman Jerman Walter Spies menghasilkan perkumpulan seniman bernama Pita Maha.
Di sini kemudian bergabung pelukis Belanda Rudolf Bonnet. Lahirlah kemudian nama-nama pelukis besar, seperti I Gusti Nyoman Lempad, Anak Agung Gde Sobrat, I Gusti Made Deblog, I Tjokot, Ida Bagus Made Poleng, serta beberapa nama penting lain.
”Puri Ubud menyerap kultur baru dari orang-orang asing kemudian memadukannya dengan kultur lokal. Itulah yang antara lain menjadikan Ubud mendunia,” ujar Jean Couteau, Rabu (23/3/2016), di Denpasar.
Penulis Noorca M Massardi, asal Jakarta, merupakan salah satu dari sekian seniman penjuru dunia yang selalu mendamba Ubud. ”Tanpa Ubud, saya tidak bisa menghasilkan karya,” katanya bersemangat.
Penulis Elizabeth Gilbert, yang menulis novel Eat, Pray, Love, menemukan ”pencerahan” setelah bertemu dengan Ubud.
Pelukis Arie Smit bahkan mengukuhkan dirinya menjadi warga Indonesia setelah merasakan kedamaian di Ubud. Smit, pencetus gaya melukis Young Artist, tinggal di Ubud hingga berusia 100 tahun. Ia meninggal Rabu tadi malam.
Cokorda Arta Ardana, tokoh Puri Agung Ubud yang juga Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah, mensyukuri masih begitu kuatnya magnet Ubud di mata dunia.
Ia mengakui, Ubud tidak lagi sekadar destinasi secara geografis, tetapi juga telah lahir sebagai gugusan kebudayaan. ”Godaan modernisasi begitu kuat. Kami berupaya bertahan dengan berbagai cara,” kata Cok Ace, panggilan akrabnya.
Penduduk Ubud, berdasarkan Sensus 2010, berjumlah 11.187 jiwa, sedangkan total penduduk Kabupaten Gianyar 69.631 jiwa. Luas wilayah Desa Ubud 7,32 kilometer persegi dan jarak dari Kota Denpasar 25 kilometer. Perjalanan pun bisa ditempuh dari beberapa jalur dengan beberapa pemandangan yang asri.
”Ubud sudah menjadi milik dunia internasional. Kami berupaya terus menjaga jangan sampai budaya, adatnya, serta fisik Ubud terdesak,” kata Nyoman Suradnya, warga Ubud.
Deputi Pengembangan Pariwisata Luar Negeri Kementerian Pariwisata I Gde Pitana, yang dihubungi Kompas di Jakarta, menyebutkan, ada tiga manfaat yang diterima Indonesia dari predikat ”The Travellers Choice Destination” oleh agen perjalanan TripAdvisor.
Pertama, kepercayaan diri. Predikat destinasi terbaik dunia membuktikan bahwa Indonesia memiliki potensi destinasi sejajar pada level internasional. Kedua, kalibrasi. Pencapaian itu hasil kerja keras semua pihak, termasuk masyarakat lokal.
Ketiga, manfaat promosi. Hasil penghargaan dapat digunakan untuk menarik lebih banyak wisatawan berkunjung ke Indonesia, khususnya Ubud.
”Ubud pun dapat dimanfaatkan sebagai referensi membangun destinasi di luarnya. Apa kelebihan dan kekurangannya sehingga bisa dipelajari,” ujar Pitana.
Sebagai contoh, pengelolaan Ubud yang mengoptimalkan potensi sumber daya alam dan budaya sekaligus bagi industri pariwisata.
Akan tetapi, Pitana menegaskan, masih banyak pekerjaan rumah untuk mempertahankan pencapaian predikat 10 besar destinasi terbaik dunia. Misalnya, tata ruang parkir yang perlu ditambah.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Didien Junaedy mengungkapkan, pencapaian predikat 10 destinasi terbaik Asia ataupun dunia adalah contoh keberhasilan promosi.
Masyarakat lokal sudah terlibat penuh terhadap pengembangannya. Tahun 2015, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali mencapai 4,085 juta orang atau naik 6 persen dibanding 2014.
Di tingkat Asia, selain Ubud, ada Siem Reap (Kamboja), Hanoi (Vietnam), Bangkok (Thailand), Hongkong, Tokyo (Jepang), Kathmandu (Nepal), New Delhi (India), Taipei (Taiwan), dan Hoi An (Vietnam).
Anak Agung Rai, perintis ARMA Museum Ubud, menyebut, itulah investasi paling mahal dan tiada duanya yang dimiliki Ubud. ”Belum tentu kita temukan di tempat lain,” katanya. (AYS/MED/CAN)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.