Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meresapi Jejak Kebaikan Hachiko di Tokyo

Kompas.com - 26/03/2016, 13:24 WIB

DI tengah padatnya gedung pusat perbelanjaan dan ramainya aktivitas orang berlalu lalang di jalan, kawasan Shibuya di Tokyo, Jepang, masih menyisakan salah satu sudutnya sebagai ”ruang” bagi Hachiko.

Hachiko—nama anjing berwujud patung setinggi 5,5 meter itu—”menikmati” sudut tersebut bersama para wisatawan yang datang silih berganti.

Maka, sudut kecil di depan Stasiun Shibuya itu pun menjadi semacam arena ”jumpa fans” antara Hachiko dan para turis, yang notabene adalah penggemarnya. Orang-orang pun datang hanya untuk sekadar berfoto dengan beragam gaya, dengan pengambilan gambar dari berbagai sisi.

Hachiko dipercaya sebagai sosok nyata, seekor anjing yang hidup pada 1923-1935. Dia adalah anjing kesayangan milik Hidesaburo Ueno, seorang profesor di Universitas Tokyo. Hachiko biasa menunggu kepulangan tuannya di Stasiun Shibuya.

Hingga suatu hari, sang profesor meninggal saat mengajar di kampus dan jenazahnya langsung dipulangkan ke kampung halamannya di luar kota Tokyo.

Hachiko yang tidak mengetahuinya terus menunggu kepulangan Ueno selama 10 tahun, hingga akhirnya binatang setia itu pun mati di jalan di sekitar stasiun.

Cinta tak bersyarat (unconditional love) menjadi pesan yang disampaikan Hachiko dalam kisah hidupnya. Kisah inilah yang kemudian membuat patung Hachiko di depan Stasiun Shibuya terkenal dan dikunjungi banyak orang, bahkan dari banyak negara.

Siapa pun yang kebetulan datang ke Tokyo biasanya tidak akan melewatkan patung ini sebagai salah satu obyek yang dikunjungi.

Karen Tamminga-Paton (58), warga asal Kanada, adalah salah satu pengunjung itu. Di sela-sela urusan pekerjaan di sebuah sekolah di Tokyo, Karen yang berprofesi sebagai guru di Kanada menyempatkan diri untuk datang, melihat, dan memotret patung Hachiko.

Menurut dia, ada kesan mendalam tentang kisah Hachiko yang menariknya untuk pergi ke depan Stasiun Shibuya. Kesan itu membuatnya berharap bahwa nanti dia juga akan merasakan pengalaman emosional serupa dengan anjing kesayangannya, Bailey.

”Mudah-mudahan nantinya Bailey juga menunjukkan kesetiaan serupa seperti Hachiko,” ujarnya.

Tidak sekadar karena keinginan sendiri, Roger Herrera (66), wisatawan asal Amerika Serikat, mengatakan, kunjungannya ke lokasi patung Hachiko sengaja dilakukan atas permintaan keluarga besarnya.

”Ketika tahu saya akan ke Tokyo, semua anggota keluarga, mulai dari orangtua, adik, keponakan, hingga sepupu, meminta saya untuk menyempatkan diri berkunjung dan memotret patung Hachiko. Sejak lama Hachiko menjadi favorit keluarga. Bagi kami, dia adalah pahlawan kecil yang memberikan pelajaran berharga tentang hidup,” tuturnya.

Dia pun harus banyak memotret patung Hachiko karena harus menunjukkan foto tersebut sebagai bukti kunjungannya kepada semua anggota keluarga.

Sama seperti Karen, Roger pun berharap dua anjingnya, Trebon dan Marucha, juga berlaku sama seperti Hachiko.

Roger sebenarnya berkunjung ke Tokyo untuk menyelesaikan sejumlah urusan bisnis. Di tengah padatnya jadwal bertemu dengan mitra bisnis, dia pun menyempatkan diri untuk datang mengunjungi Hachiko.

Bukan hanya mereka yang memiliki anjing, Hachiko juga memiliki penggemar dari sebagian orang yang bahkan tidak memiliki anjing peliharaan.

Ketika datang, pengunjung tidak lagi mempersoalkan bentuk telinga Hachiko yang aneh, tegak di kuping sebelah kiri, dan kuping kanan yang sedikit terkulai.

Bentuk unik telinga ini diyakini memang bentuk asli telinga Hachiko, namun terkesan kurang cantik dibandingkan dengan rata-rata anjing Akita lainnya yang biasanya memiliki telinga lancip dan tegak ke atas.

Kebanyakan yang datang tidak memandang heran dan bertanya-tanya tentang apa dan siapa Hachiko. Rata-rata dari mereka sudah mengetahui kisah anjing setia tersebut melalui film atau cerita di internet.

Sebenarnya tidak ada yang bisa dilakukan di sekitar patung Hachiko kecuali berfoto atau mengobrol bersama rekan atau keluarga. Namun, semua yang datang betah berlama-lama di sana. Cerita indah tentang kesetiaan Hachiko seolah menjadi energi positif yang menyergap siapa pun yang datang untuk bertahan lebih lama di dekat patungnya....

Obyek wisata

Penggemar Hachiko bukan hanya Karen ataupun Roger. Hal ini bisa dibuktikan langsung di lokasi. Saat Kompas mengunjunginya pada hari Minggu, akhir Februari lalu, kerumunan orang tampak di sekitar patung hewan tersebut. Setiap orang bergabung dalam antrean dan bergantian berfoto bersama si tokoh anjing kesayangan.

Sesi foto pun terkadang berlangsung lama. Selain karena ingin difoto dalam berbagai gaya, sebagian orang dalam rombongan biasanya akan sengaja memisahkan diri sejenak, ingin difoto hanya berdua bersama Hachiko.

Patung Hachiko yang saat ini berdiri adalah patung kedua yang dibuat untuk mengenang anjing tersebut. Patung pertama dibuat pada 1934, namun pada 1944 terpaksa dilebur karena bahan perunggunya dibutuhkan untuk keperluan perang. Tahun 1948, patung tersebut didirikan kembali.

Sekalipun hanya patung—benda mati yang statis—patung Hachiko tetap menjadi obyek yang diminati dan menyedot banyak wisatawan. Dalam Matcha Japan Travel Magazine, patung ini—bersama dengan persimpangan Shibuya—bahkan dinyatakan sebagai simbol wisata Shibuya.

Trip Advisor, komunitas wisata terbesar di dunia, dalam situsnya menempatkan kunjungan ke patung Hachiko di urutan ke-6 dari 128 hal yang bisa dilakukan di Shibuya. Dalam situs ini ada 1.355 ulasan tentang patung Hachiko dan setiap penulis menuturkan keharuan yang mendalam tentang kisah Hachiko yang melegenda.

Selain di depan Stasiun Shibuya, patung Hachiko juga dibangun di kota kelahirannya di Odate pada 1987. Di kota yang sama, pada 2003 juga didirikan monumen ulang tahun ke-80 Hachiko.

Pada tahun 2015 diresmikan patung Hachiko bersama tuannya, Ueno, di Universitas Tokyo. Dua patung ini dibuat berhadapan, menggambarkan pertemuan keduanya setelah 90 tahun berlalu.

Patung ini dibuat dengan dana 10 juta yen hasil patungan warga Jepang ditambah dengan dukungan dana dari sejumlah perusahaan di Jepang.

Tidak ada data yang jelas apakah jumlah pengunjung dua patung dan satu monumen tersebut seramai yang datang ke Stasiun Shibuya. Namun, tetap saja ada yang datang ”menengok” Hachiko di sana. Sejumlah pengunjung juga datang dan singgah ke makam Hachiko di sebelah makam tuannya di Pemakaman Aoyama.

Begitu banyak benda, bangunan, dan film untuk mengenang Hachiko menjadi penanda bahwa jejak kebaikannya berakar kuat dan tak lekang oleh waktu.

Nilai luhur dari kesetiaannya menjadi inspirasi bagi setiap orang dari segala penjuru. Tidak hanya mendorong orang untuk melakukan kebaikan yang sama, kisah indah anjing ini juga memikat banyak orang untuk menelusuri jejak Hachiko di Tokyo.

Jadi, tidak perlu membuat obyek wisata yang fenomenal untuk membuat wisatawan tertarik datang. Terbukti cerita tentang kebaikan pun bisa menjadi magnet wisata yang menarik setiap orang untuk kagum dan kemudian belajar banyak hal dari negara yang bersangkutan.

Meniru Hachiko, alangkah baiknya kita juga melakukan banyak kebaikan dengan ketulusan hati. Barangkali nilai kebaikan itu bisa menjadi inspirasi dan membuat negeri kita dikagumi.

Dari sinilah potensi wisata juga bisa berangsur tumbuh. Ragam wisata berlatar belakang kebaikan tersebut akan berdampak baik untuk kesehatan jiwa dan tentu saja untuk ”kantong” negara.

Bagaimanapun, setiap kebaikan akan bermuara tanpa ujung. Tanpa syarat. Tanpa batas. Sama seperti cinta tak bersyarat dari Hachiko untuk majikannya. (EGI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com