Taufik menuturkan, pada saat penambangan di zaman Belanda, pekerja didatangkan dari Tiongkok karena saat itu mereka dikenal mahir menambang timah. Itulah asal mula kedatangan warga keturunan di Bangka Belitung.
Tidak hanya di darat, penambangan timah juga mulai merambah ke penambangan lepas pantai. Penambangan jenis ini menggunakan kapal keruk. Bahkan, saat ini, 70 persen penambangan timah sudah dilakukan di Laut Bangka.
Menurut Taufik, penambangan lepas pantai di Indonesia menggunakan kapal keruk pertama kali dilakukan pada 1910 di Pantai Dabo Singkep. Pada abad ke-21, teknologi kapal keruk terus berkembang. Beberapa di antaranya digunakan untuk mengeksploitasi timah di Laut Bangka.
Berpijak pada kekayaan sejarah dan sumber daya alam menjadikan timah sebagai komoditas andalan penduduk di Bangka Belitung.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor Bangka Belitung pada Desember 2015 mencapai 110.30 juta dollar AS. Dari jumlah tersebut, timah berkontribusi sebesar 81,71 persen.
Komoditas industri kreatif
Tidak hanya untuk kepentingan ekspor, pemanfaatan timah juga tampak pada geliat industri ekonomi kreatif. Di sudut kecil Museum Timah, Dino (35) serius mengikis lempengan timah yang dicetak menjadi gantungan kunci.