Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mi Koclok, "Haram" Dilewatkan Saat ke Cirebon!

Kompas.com - 04/04/2016, 17:33 WIB
M Latief

Penulis

KOMPAS.com - Selain Nasi Jamblang, masih ada Nasi Lengko, Empal Gentong, serta Mi Koclok jadi kuliner khas Cirebon yang "haram" dilewatkan untuk disantap saat berwisata ke daerah ini. Terutama Mi Koclok, karena di beberapa daerah Indonesia juga terkenal dengan ragam sajian mi dengan citarasa unik masing-masing.

Kuah Mi Koclok ini putih kental, sangat asyik dihirup hangat-hangat di malam hari. Isinya pun mengundang selera, terdiri dari potongan telur rebus, ayam suwir, dan irisan toge, kol, serta daun bawang.

"Kuahnya memang beda dengan Bakmi Jawa atau mi khas dari daerah lainnya. Ini pakai tepung maizena dan santan," ujar Maryati (55), warga Cirebon, seraya menikmati makanan khas tersebut di sebuah kedai di Jl Tentara Pelajar, Cirebon, Kamis (31/3/2016) lalu.

Memang, lanjut dia, setiap sudut kota ini hampir didominasi oleh penjual Nasi Jamblang, Empal Gentong atau Nasi Lengko. Umumnya kedai Mi Koclok, terutama di kedai-kedai pinggir jalan, baru dibuka sejak pukul 6 sore hingga tengah malam.

Bagi yang pernah menikmati Bakmi Jawa khas Yogyakarta atau Mi Cakalang asal Manado, pasti akan merasakan "perbedaan" ketika menikmati Mi Koclok ini. Atau, Anda yang pernah lekat dengan nikmatnya Mi Kocok khas Bandung, juga akan ngeh dengan perbedaan lezatnya mi asal Cirebon ini.

Ya, Mi Koclok semakin memperlihatkan, bahwa Cirebon punya warna tersendiri dalam kekayaan mi tradisional dari seluruh penjuru Nusantara. Hadir untuk menegaskan bahwa Mi Koclok punya tempat untuk dipromosikan di antara "saudara-saudaranya" yang sudah lebih dulu dikenal dengan nama Bakmi Jawa, Mi Cakalang, Mi Kocok, atau Mi Celor asal Palembang.

Festival Cirebon

Pekan lalu, tepat di pengujung Maret, Keraton dan Pemerintah Daerah Cirebon menggelar 'Festival Pesona Cirebon'. Menampilkan beragam seni budaya Cirebon, pilihan kuliner jadi salah satu yang paling dipromosikan di acara ini.

"Dalam berpromosi, kami (Cirebon) memang ketinggalan 20 atau 30 tahun dibandingkan Yogyakarta, Bali atau kota-kota lain yang sudah menjadi tujuan wisata. Untuk itu, strategi kami ke depan adalah penataan ulang obyek wisata, menata perkotaan, serta menanamkan konsep sadar wisata ke masyarakat Cirebon. Ketiga strategi ini kami dorong lewat festival
semacam ini," ujar Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Arief Natadiningrat.

Di festival itu, tutur Sultan, pihak Kesultanan Cirebon dan Pemda Cirebon berupaya memperkuat tampilan seni budaya, mempromosikan sentra-sentra kuliner, dan tempat-tempat wisata. Terutama situs wisata berbau Tiongkok, lanjut dia, akan didahului untuk dipromosikan.

"Target pemerintah itu kan 20 juta wisman. Dengan target itu, Cirebon minimal bisa menarik 50 persen saja wisman dari Tiongkok, yaitu 10 juta wisman. Cirebon dan Tiongkok kan punya hubungan sejarah yang sangat dekat," ujar Sultan.

Di Keraton Kasepuhan sendiri, Sultan melanjutkan, per tahun jumlah kunjungan wisman, baik itu domestik maupun asing, sudah mencapai satu juta. Dengan memperkuat promosi, dia berharap target itu akan meningkat lebih pesat di tahun-tahun berikutnya.  

Yang pasti, lanjut Sultan, masih ada kuliner yang bikin wisatawan tidak akan melupakan Cirebon. Karena selain Nasi Jamblang, masih ada Nasi Lengko, Empal Gentong, serta Mi Koclok jadi kuliner khas Cirebon yang "haram" dilewatkan untuk disantap di kota ini.

Mau tahu citarasa Mi Koclok? Datanglah ke Cirebon!

Baca juga: Nasi Jamblang, "Please"... Jangan Lihat Tampangnya!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com