Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Kehidupan Petani Rumput Laut di Pulau Sumbawa

Kompas.com - 12/04/2016, 16:08 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

SUMBAWA BARAT, KOMPAS.com - Sebagian besar warga Desa Labuhan Kertasari, Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB, memiliki waktu rutin satu bulan sekali untuk memanen rumput laut.

Seperti tampak pada Selasa (12/4/2016) pagi, sejumlah orang sibuk bertolak dari pantai ke tengah laut menggunakan perahu kecil. Mereka tengah mengumpulkan rumput laut yang diikat di bawah air.

Desa Labuhan Kertasari sudah lama dikenal dengan budidaya rumput lautnya. Petaninya pun merupakan warga desa tersebut yang sebelumnya lama bekerja sebagai petani jagung.

"Orang sini dulunya manen jagung. Tapi, jagung kan setahun sekali baru panen, kalau rumput laut bisa sebulan sekali, paling lama satu setengah bulan sudah bisa panen," kata salah satu petani, Amirudi (60), kepada KompasTravel.

Sembari mengumpulkan rumput laut yang baru dipanen, Amirudi menuturkan, dia dan petani lain sengaja panen lebih awal dikarenakan kondisi yang kurang baik. Kondisi yang dimaksud adalah seringnya hujan turun dan banyaknya ikan yang memakan rumput laut.

"Kita panen saja yang masih bagus, jangan tunggu sampai rusak. Kalau sering hujan, rumput laut cepat rusak," tutur dia.

Meski panen lebih awal, masih banyak rumput laut yang dapat dikumpulkan. Biasanya, jumlah rumput laut sekali panen bisa mencapai 200 kilogram untuk rumput laut basah. Rumput laut basah yang dikumpulkan kemudian diletakkan di beberapa tempat beralas bambu untuk dijemur.

Jika cuaca saat menjemur cerah, cukup dua hari saja, rumput laut bisa kering. Tanda rumput laut mengering dilihat dari warnanya yang kecoklatan hingga bewarna putih.

KOMPAS.com/ANDRI DONNAL PUTERA Rumput laut hasil budidaya warga Desa Labuhan Kertasari, Kecamatan Taliwang, Sumbawa Barat, baru selesai dipanen, Selasa (12/4/2016) pagi. Sebagian besar warga Desa Labuhan Kertasari menekuni profesi sebagai petani rumput laut.
Setelah kering, rumput laut siap diberikan ke pengepul untuk dijual dengan harga Rp 6.500 per kilogramnya. Semua petani rumput laut di sana memiliki pengepul sendiri yang selalu menampung hasil budidaya rumput laut warga Desa Labuhan Kertasari.

Saat memanen, petani rumput laut meminta bantuan warga sekitar untuk mengambil rumput laut yang masih diikat di bawah air. Warga yang membantu diupah oleh para petani Rp 100.000 untuk jasanya mengambil dan menampung rumput laut di sampan.

Satu sampan bisa menampung sekitar 50 ris (tali pengikat) rumput laut. Tali pengikat itu memiliki panjang 12 meter dan akan kembali digunakan untuk menaruh bibit rumput laut setiap selesai memanen.

Pantauan KompasTravel siang tadi, ada belasan sampan yang hilir mudik di tepi pantai yang terisi penuh oleh rumput laut. Sentra budidaya rumput laut NTB tidak hanya di Desa Labuhan Kertasari.

Tempat yang sama juga terdapat di Labuhan Mapin dan Kecamatan Terano di Kabupaten Sumbawa, Pulau Bajo di Kecamatan Kwangko, Kabupaten Dompu, dan di Waworada, Kabupaten Bima.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com