Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertaruh Nyawa di Sarang Buaya demi Kuliner Khas Singkil Ini

Kompas.com - 21/04/2016, 19:30 WIB

KOMPAS.com — Pencinta kuliner wajib mencoba gurih dan lezatnya hidangan lokan (kerang sungai) khas Singkil. Kabupaten yang terletak di belahan selatan Aceh tersebut memang dikenal dengan kuliner berupa olahan sungai yang menggoda selera.

Rupa-rupa olahan lokan adalah lokan goreng, sate lokan, dan yang paling istimewa dan hanya disajikan dalam acara istimewa adalah roti jalo (jala) gulai lokan. Kuliner satu ini sekaligus menggambarkan hasil perkawinan budaya pesisir dengan bahasa Ba Apo dan suku lokal berbahasa Kade-kade di Aceh Singkil.

Namun, roti jala yang disajikan dengan gulai lokan hanya ada di bumi Syekh Abdurrauf Asingkili, di ujung selatan Provinsi Aceh. Saking istimewanya, roti jalo gulai lokan tidak dijual di rumah makan. Untuk menikmatinya, kita harus memesan khusus kepada ahlinya.

Sementara itu, sate lokan jadi makanan khas Rumah Makan Kiniko Duo Anak Laut, di pinggir jalan Singkil-Singkil Utara, Desa Gosong Telaga Barat, Singkil Utara. Sate lokan Kiniko Duo bukan seperti sate pada umumnya yang ditusuk. Sate lokan ini tanpa tusuk.

Masaknya pun menggunakan bumbu kelapa parut gongseng yang digiling halus. Digoreng ataupun disate, lokan yang dalam bahasa setempat disebut geling sama-sama bisa dinikmati langsung dan tetap lezat walau tanpa nasi. Seporsi cukup dibayar dengan Rp 10.000.

Lokan dan buaya

Mengambil bahan baku lokan mentah harus bertaruh nyawa karena berarti menyelami dasar Sungai Singkil yang dikenal menjadi sarang ribuan buaya.

Kita awalnya mungkin tak pernah terbayang bahwa warga pinggir sungai rela mempertaruhkan nyawa demi sekarung lokan yang dijual per 100 biji Rp 10.000-Rp 20.000, tergantung ukuran.

Serambi Indonesia/Dede Rosadi Warga mencari lokan di Sungai Singkil.
Korban nyawa telah berjatuhan dimangsa hewan bergigi tajam itu. Warga pun sempat menyatakan perang dengan melakukan perburuan besar-besaran terhadap buaya. Pasalnya, hanya itulah pilihan mata pencaharian yang bisa menunjang hidup warga sehari-hari.

"Tetap mencari lokan lantaran tidak ada pilihan walau nyawa taruhannya," kata Irwan, Sekretaris Desa Suka Makmur, Kecamatan Singkil.

Meski warga berbekal modal nekat lantaran tak ada pilihan, ada juga yang percaya bahwa binatang buas itu tidak akan mengganggu lantaran konon merupakan nenek moyang salah satu marga penduduk yang ada di sana.

Bukan hanya buaya yang jadi soal, masak lokan pun rupanya bukan perkara mudah. Setelah dikumpulkan dari sungai, lokan terlebih dahulu dicuci menggunakan air bersih agar kotoran pasir lepas. Setelah itu, lokan satu per satu dikupas.

Perkerjaan inilah menyita waktu cukup lama. Belum lagi, tangan terancam teriris pisau jika belum ahli.

Untuk mencegah minyak goreng muncrat ke mana-mana ketika proses menggoreng, lokan terlebih dahulu direbus. Selanjutnya, lokan bisa diolah menurut selera atau permintaan Anda.

"Mencari dan masak lokan ini susah, tetapi harganya murah," kata Azwar, penikmat lokan dari Singkil.

Tunggu apa lagi, saatnya Anda datang menikmati hidangan lokan khas Aceh Singkil ini. Dengannya, Anda juga bisa saksikan sendiri perburuan lokan di sarang buaya. (Serambi Indonesia, Dede Rosadi/ Nurul Hayati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com