Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saking Ramainya, Cilok Gajahan di Yogya Ludes dalam Dua Jam

Kompas.com - 24/04/2016, 18:00 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Cilok. Siapa yang tidak kenal dengan jajanan bulat nan kenyal ini? Camilan yang berasal dari Jawa Barat tersebut begitu mudah ditemukan hampir di setiap kota besar di Indonesia, tak terkecuali Yogyakarta.

Di kota pelajar ini, mulai dari sekolah, pusat keramaian, Anda dapat menemukan orang yang berjualan cilok. Namun, ada satu cilok di Yogyakarta yang sangat terkenal, yakni Cilok Gajahan.

Menempati salah satu sudut di kawasan Alun-Alun Selatan Yogyakarta yang dikenal dengan nama area Gajahan (karena dulu adalah bekas kandang gajah milik Keraton Yogyakarta), cilok ini selalu ramai dikerubuti pembeli.

Saking ramainya, hanya butuh waktu dua jam bagi cilok ini untuk habis terjual. Adalah Syahrul, bapak dua anak yang sejak delapan tahun terakhir berjualan cilok itu.

"Dulu saya pertama jualan cilok dengan cara berkeliling ke sekolah-sekolah. Setelah berjalan tiga tahun, akhirnya jualan di Alun-Alun Selatan," ujarnya.

Awal berjualan, Syahrul hanya menghabiskan sekitar 2 kilogram tepung tapioka. Saat ini, paling tidak dalam sehari, 30 kilogram tepung tapioka diolahnya menjadi cilok.

Menjaga kualitas rasa adalah hal yang membuat orang rela antre panjang untuk mendapatkan Cilok Gajahan, meskipun di Alun-Alun Selatan juga banyak yang berjualan makanan sejenis.

Syahrul menjelaskan, selain tepung tapioka, bahan-bahan lain yang digunakan untuk membuat cilok adalah tepung terigu; serta beberapa bumbu rempah, seperti bawang merah dan bawang putih. Selain itu, ada juga daging sapi yang menjadi isi cilok.

Karena produksinya sudah besar, proses mengaduk semua bahan baku saat ini sudah menggunakan mesin.

"Tepung tapioka, tepung terigu, dan bumbu-bumbu diaduk menggunakan mesin dengan tambahan air panas," ujarnya. Setelah semua bahan tercampur, adonan kemudian dibentuk bulat-bulat dan di dalamnya diberi potongan daging sapi.

Cilok yang sudah dibentuk langsung direbus selama lebih kurang 5 menit, kemudian diangkat dan ditiriskan. Cilok-cilok tersebut akan dikukus lagi sebelum dijual kepada para pelanggan.

Yang juga membuat Cilok Gajahan spesial adalah racikan sambalnya. Menurut Syahrul, untuk membuat sambal yang mantap, dia hanya menggunakan cabai rawit segar, bawang merah, bawang putih, dan beberapa bumbu lainnya.

Dalam sehari, paling tidak empat kilogram cabai rawit habis untuk membuat sambal. Saat cilok yang satu ini dicicipi, rasanya yang gurih sangat pas dengan sambalnya yang segar dan pedasnya menyambar. Tak heran, siapa pun akan rela antre untuk mendapatkannya.

"Selain sambal, cilok ini juga disajikan dengan kecap. Untuk kecap pun, saya menggunakan yang kualitasnya bagus, meski harganya mahal," kata Syahrul.

Konsistensi menjaga kualitas rasa menghasilkan pendapatan yang lumayan besar. Dalam sehari, omzet yang didapatkannya mencapai Rp 1,5 juta.

Selain di Alun-Alun Selatan, cilok ini juga dijual oleh sang istri di rumah mereka yang berada di Kampung Kadipaten Kulon KP 1, Nomor 270, RT 16/RW O2, Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Keraton, Kota Yogyakarta. (Tribun Jogja/Hamim Thohari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com