Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulau Moyo, Ironi di Surga Dunia

Kompas.com - 28/04/2016, 08:22 WIB

Terbatasnya infrastruktur di Moyo membuat pengelola resor membangun dermaga sendiri. Bahkan, penduduk lokal yang bekerja di resor itu harus diangkut dengan kapal lewat laut atau menerobos jalan tanah yang rusak sejauh 10 kilometer melintasi hutan dan perkebunan.

Okupasi lahan

Selain masalah infrastruktur, destinasi pendulang devisa negara itu juga dikepung masalah okupasi lahan oleh investor. Sahabudin, warga yang juga makelar tanah, mengatakan, hampir seluruh tanah di tepi pantai telah berpindah tangan ke investor. Tanah itu kini telah dipatok bahkan dipagar rapat.

”Kendati telah dibeli, investor tak kunjung membangun bisnis di Pulau Moyo. Alhasil, harapan warga akan terciptanya lapangan pekerjaan baru tinggal mimpi,” ujar Sarafudin, warga lain, sambil menunjukkan sejumlah bidang tanah di dekat pantai di Moyo yang sudah dimiliki investor.

Buruknya infrastruktur di Moyo menjadi ironi di tengah gencarnya promosi destinasi wisata kelas dunia. Sedihnya, kondisi di Moyo hanya potret kecil dari tantangan pengembangan industri pariwisata di Tanah Air. Salah satunya di Kabupaten Sumbawa Barat, tetangga Kabupaten Sumbawa.

Bupati Sumbawa Barat Musyafirin mengatakan, daerahnya memiliki banyak potensi, terutama pariwisata pantai. Pantai Kertasari menawarkan lokasi berselancar kelas dunia. Sementara Desa Wisata Mantar menawarkan kepada wisatawan untuk menikmati panorama alam melalui kegiatan paralayang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com