LEBAK, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Lebak optimistis obyek wisata adat Baduy mendunia karena memiliki nilai keunikan suku terasing di Provinsi Banten.
"Kami berharap dalam waktu dekat ini Peraturan Daerah (Perda) Kepariwisataan yang dibahas di legislatif sudah dapat diterbitkan tahun 2016," kata Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, Syahida di Lebak, Jumat (29/4/2016).
Menurut dia, selama ini obyek wisata Baduy cukup luar biasa sebagai "ikon pariwisata Lebak" dan bisa mendatangkan investor yang bergerak di bidang pariwisata.
Potensi obyek wisata Baduy itu juga tidak semua daerah di Tanah Air memiliki suku terasing.
Karena itu, pihaknya yakin obyek wisata Baduy bisa mendunia karena memiliki nilai-nilai budaya, adat juga alamnya yang hijau dan lestari.
Masyarakat Baduy hingga kini mencintai hutan dan lahan dengan penghijauan juga pelestarian alam.
"Kami menargetkan ke depan banyak wisatawan mancanegara memadati kawasan Baduy setelah diterbitkan perda kepariwisataan itu," katanya.
Menurut Syahida, obyek wisata Baduy bisa juga dijadikan penelitian antropologi, karena kehidupan masyarakat itu hingga kini masih mempertahankan adat leluhurnya.
Untuk itu, banyak wisatawan domestik dan mancanegara melakukan penelitian kehidupan masyarakat Baduy.
Kelebihan masyarakat Baduy hingga kini masih mempertahankan adat istiadat dan menolak kehidupan modern. Kawasan hutan yang dihuni masyarakat Baduy seluas 5.100 hektare tanpa jalan, jaringan listrik, televisi, radio, dan kendaraan.
Bahkan, masyarakat Baduy Dalam berpakaian putih-putih bepergian ke luar daerah harus berjalan kaki dan dilarang naik angkutan kendaraan. "Banyak para antropolog datang ke Baduy untuk melakukan penelitian," katanya.
Syahida mengatakan, apabila Baduy dijadikan obyek wisata dunia tentu berdampak positif terhadap peningkatan ekonomi masyarakat juga pendapatan asli daerah (PAD).
Pengembangan wisata ini nantinya ditata melalui pembangunan terintegrasi dengan infrastruktur, penginapan, dan pusat perdagangan.
Selain itu juga produk-produk kerajinan suku Baduy cukup unik di antaranya aneka jenis suvenir, tas koja, golok, tenun, dan gula aren.
"Saya yakin jika dibangun secara terintegrasi di kawasan Baduy dipastikan bisa menjadi obyek wisata mendunia," ujar Syahida.
Camat Leuwidamar Kabupaten Lebak, Endi Suhendi mengatakan pemerintah daerah terus membangun jalan menuju obyek wisata budaya Baduy dari Rangkasbitung hingga Ciboleger atau pintu gerbang masuk kawasan Baduy.
Kunjungan wisatawan domestik tahun 2015 mencapai 6.849 orang, sedangkan tahun sebelumnya hanya 5.380 orang. Sedangkan, wisatawan mancanegara tercatat 158 orang berasal dari Belanda, Inggris, dan Swiss.
"Sebagian besar wisman itu untuk kepentingan konservasi maupun mempelajari budaya setempat.," kata Endi.
Para pengunjung kawasan permukiman Baduy tidak dibebani retribusi oleh pemerintah daerah. "Kami memberikan kemudahan bagi wisatawan yang berkunjung ke Baduy dengan tidak tidak memungut biaya," kata Endi.
Sebab masyarakat Baduy masuk kategori suku terasing yang ada di Tanah Air. Masyarakat Baduy bersahabat dengan alam, sehingga kawasan Baduy tidak ada penerangan listrik, elektronika, maupun jalan beraspal.
"Kami yakin obyek wisata itu bisa mendatangkan wisatawan mancanegara," ujar politikus PDI Perjuangan itu.
Sekretaris Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Sarpin mengatakan selama ini rombongan pengunjung obyek wisata Baduy kebanyakan dari perguruan tinggi, sekolah, peneliti, lembaga, instansi swasta, dan pemerintah, sedangkan dari kalangan keluarga relatif kecil.
"Kami yakin ke depan kunjungan wisata adat Baduy meningkat, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal," tambah Sarpin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.