SAMBOJA, KOMPAS.com - Berwisata melihat orangutan biasanya dilakukan di kebun binatang, atau suaka margasatwa. Namun, tempat ini memfasilitasi wisatawan untuk melihat langsung, belajar, hingga berinteraksi dengan orangutan endemik Borneo langsung di Habitatnya.
Berlokasi di Kilometer 44, hutan kawasan konservasi Samboja Lestari, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Wisatawan hanya menempuh waktu sekitar 50 menit dari bandara Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Balikpapan, menggunakan jalan darat. Wisata ini juga menyediakan penjemputan dari bandara tersebut, dengan menghubunginya terlebih dahulu.
Saat KompasTravel berkunjung dalam acara “Ecopia Support Orangutan” bersama PT Bridgestone Tire Indonesia, jalan yang dilalui terlihat baik. Anda akan jarang menemui lubang juga kemacetan jalan, walaupun pada waktu jam kerja sampai mulai memasuki kawasan Hutan Samboja Lestari.
Jalan berbatu nan menanjak menyambut wisatawan ketika masuk kawasan hutan konservasi tersebut. Sautan suara binatang hutan semakin jelas saat memasuki kawasan tersebut lebih dalam. Di beberapa simpang jalan hutan terdapat plang yang menunjukkan arah tujuan, seperti zona-zona kawasan, sampai penginapan.
Wisatawan akan dibawa terlebih dahulu ke sebuah penginapan, sekaligus kantor dari yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) dan tempat wisata tersebut. Wisatawan direkomendasikan berkunjung pada pagi dan siang hari, karena malam hari tidak melayani wisata dalam hutan tersebut.
Terdapat tujuh pulau tempat rehabilitasi orangutan di area ini, dua diantaranya dibuka untuk wisatawan umum, yaitu Pulau Enam dan Pulau Lima. Sedangkan lima pulau lainnya hanya untuk pengelola, peneliti, dan relawan konservasi.
Disebut pulau, karena setiap kawasannya dibatasi dengan sungai kecil, termasuk membatasi areal wisatawan, sehingga hanya bisa melihat dari seberang sungai dengan lebar dua meter.
Di Pulau Enam ada orangutan bernama Bujang dan Ani yang harus direhabilitasi sepanjang hidupnya. Pulau ini disebut zona edukasi oleh para guide, karena mengajarkan wisatawan mengenai karakteristik orangutan sebelum direhabilitasi.
Bujang, pejantan yang dahulu merupakan orangutan sirkus, kini memiliki sifat terlalu kemanusiaan. Ia tak tertarik orangutan perempuan, tapi tertarik melihat manusia perempuan dengan karakter indo berkulit putih dengan rambut pirang panjang.
Ia akan loncat kegirangan dan berusaha menarik perhatian ketika melihat wisatawan dengan ciri tersebut. Ani sendiri orangutan yang memiliki keterbelakangan mental, hasil peliharaan masyarakat yang termasuk tindakan ilegal.
Sedang sebelahnya, di Pulau Lima ada empat pasang ibu dan anak orangutan, salah satunya Ical umur 5 tahun, anak dari Imut 10 tahun. Area ini merupakan salah satu pendidikan terbaik yang dilakukan di kawasan konservasi tersebut. Karena orangutan yang ada di sini belajar untuk menjadi liar dari orang tuanya masing-masing.
Bujang, Ani, dan Ical sibuk memainkan bambu sepanjang 10 centimeter. Bambu tersebut bukan sekadar mainan, tapi didalamnya terdapat makanan, dan mereka dilatih untuk mengambilnya. Sehingga akan terbiasa mengambil rayap dalam batang pohon di alam liarnya nanti.
Dari kawasan tersebut, guide akan membawa wisatawan lebih memasuki hutan Samboja Lestari. Ponon ulin berbaris rapat menyambut mobil 4x4 yang ditumpangi wisatawan, sampai pada saatnya mobil tersebut harus berjalan mundur untuk masuk, karena tidak ada tempat putar arah di dalam.