Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyatu di Sulawesi Utara: Dari Keindahan Alam, Kekayaan Biodiversitas, Hingga Kultur Eksotis

Kompas.com - 06/05/2016, 21:37 WIB

Tim Redaksi

Islam kemudian berkembang luas ketika para tokoh perlawanan Belanda di berbagai daerah diasingkan ke Minahasa seperti Kyai Modjo, Pangeran Diponegoro, Kyai Hasan Maulani, Pangeran Ronggo Danupoyo bahkan Imam Bonjol (1864) yang kuburnya menjadi objek wisata di Pineleng.

Plural dan ramah

Kini jejak Islam itu bisa dilihat di Kampung Arab di Manado, Kampung Jawa Tondano di Minahasa dan di berbagai wilayah lainnya. Jejak sejarah itu setidaknya mempengaruhi kebiasaan dan budaya orang Manado.

Serapan dari bahasa Spanyol, Portugis dan Belanda memperkaya khazanah Bahasa Melayu Manado. Jangan heran jika datang ke Manado telinga Anda akan akrab dengan kata-kata Belanda seperti feyen (vijand), mar (maar), sondor (zonder), wayer (waaier); atau bahasa Portugis kadera (cadeira), lenso (lenco), sombar (sombra); dan bahasa Spanyol fastiu (fastidioso), gargantang (garganta), oras (hora).

Sejarah itu juga menjadikan Manado sebagai tempat hidup komunitas yang pluralis. Tak heran walau Minahasa disebut sebagai negeri seribu gereja, namun berbagai bangunan rumah ibadah lainnya juga berdiri membentuk harmonisasi.

Kompas.com/Ronny Adolof Buol Bangunan ibadah dari berbagai pemeluk agama berdiri berjejer di Bukit Kasih, Tomohon.
Bukit Kasih di Kanonang adalah representasi kemajemukan itu. Di salah satu destinasi utama di Minahasa itu semua bangunan rumah ibadah yang resmi di Indonesia berdiri dalam satu area. Pengunjung bisa menggunakannya setiap saat tanpa ada batasan.

Kristen memang adalah agama dominan penduduk Manado, tetapi jangan khawatir karena di berbagai tempat pemeluk Islam akan dengan mudah mendapat makanan halal. Stiker dan tanda Halal sering ditempel di berbagai rumah makan dan restoran, termasuk di lokasi wisata kuliner Wakeke yang terkenal dengan makanan khas Manado,

Tinutuan yang diracik dari berbagai sayur hijau itu dan dimasak bersama bubur labu. Sajian menu ikan juga merupakan andalan rumah makan di Manado.

Kompas.com/Ronny Adolof Buol Masakah khas Manado yang terbuat dari berbagai macam sayuran yang dicampur dengan bubur labu.
Tak heran karena memang kekuatan bahari menjadi salah satu faktor daya tarik wisata negeri yang diberkati ini. Jika menemui aktivitas nelayan menangkap ikan dengan perahu khas pamo yang bercadik itu, jelas Anda sedang berada di wilayah Nusa Utara, bentangan pulau-pulau di Sitaro, Sangihe dan Talaud.

Berbatasan dengan Filipina

Keindahan ketiga kabupaten yang berbatasan dengan Filipina ini sungguh sulit untuk dilewatkan jika Anda ke Manado. Variasi kontur wilayah pegunungan, bukit, lembah dan pantai adalah godaan tingkat tinggi yang memaksa anda memilih membuka tenda di bawah langit ketimbang tidur di kasur penginapan.

Apalagi kalau Anda bisa membuka obrolan hangat dengan para nelayan pesisir, jangan heran jika sejurus kemudian Anda sudah berada di atas perahu bersama mereka memancing ikan yang seakan telah menunggu kedatangan Anda.

Di pesisir pantai sepanjang pulau-pulau itu tak ada larangan bagi Anda untuk membuat api unggun dan membakar ikan yang barusan ditangkap. Santaplah dan tataplah lintasan milky way di langit tak berhalang.

Kompas.com/Ronny Adolof Buol Sejumlah jurnalis berfoto dengan latar belakang Gunung Api Soputan saat sedang erupsi di Kabupaten Minahasa Tenggara.
Bagian terindahnya adalah bahwa di wilayah Nusa Utara itu gunung berapi merupakan bagian dari kehidupan mereka. Ada Karengetang di pulau Siau yang dapur magmanya terus berkobar sehingga Anda bisa melihat api keluar dari kawahnya kapan saja.

Lalu ada gunung api Ruang di Tagulandang, gunung api Awu di Sangihe serta gunung api bawah laut Mahangetang yang malah jadi tempat menyelam dengan keindahan bawah lautnya yang tidak bisa diperoleh di Bunaken.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com