Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Sejarah di Tarakan dengan Jip Lawas

Kompas.com - 11/05/2016, 13:22 WIB

Melihat ”loopghraf”

Keluar dari museum, Kampung Satu kami tuju untuk melihat loopghraf. Ini terowongan beton bertipe bungker, berbentuk seperti huruf U, yang dibangun Belanda pada 1938 sebagai antisipasi serangan udara Jepang. Terowongan ini diperuntukkan bagi keluarga dan pekerja ”kelas bawah” BPM.

Sofyan, Eru, dan Iman, tiga warga Tarakan, siang itu, sejenak mampir ke tempat itu. Memasuki bungker loopghraf dari ujung, lalu ke luar di ujung yang lain yang berjarak 10-an meter.

Tujuan berikutnya Cagar Budaya Peningki Lama, yang terletak 15 kilometer dari pusat kota. Di kawasan perbukitan ini tersebar meriam-meriam dan bungker-bungker pengintai yang dibangun pada 1938. Inilah basis utama pertahanan Belanda, untuk mengamati perairan.

Meski sudah terbalut karat, bangunan meriam tidak keropos dan masih menjulang setinggi lebih dari 2 meter. Namun, sayangnya, ada sejumlah bagian meriam-meriam yang hilang.

”Sebelum tahun 2000, pengelolaan cagar budaya belum rapi. Imbasnya, ya, apa yang bisa diangkut, dijarah,” ujar Hamed Amren, Kepala Disbudparpora Tarakan.

Beranjak ke sebelah, ternyata ada bungker yang langsung memancing rasa penasaran. Dari celah di bungker tampak pesisir Mamburungan yang kini dijadikan Dermaga TNI AL.

Pemandangan siang itu keren, yakni dua kapal perang RI (KRI) bersandar, dan satu KRI nun jauh di laut. Tiga KRI ini dilibatkan saat digelar latihan gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI.

Berikutnya giliran mengunjungi wash tank. Tangki berwarna hitam, berukuran super besar, itu dulu berisi air untuk membersihkan minyak. Wash tank termasuk sasaran pengeboman saat Perang Dunia II.

Salah satu tanda pernah terkena bom, bentuknya ringsek. Salah satu wash tank di dekat Stadion Datu Adil, Tarakan, misalnya, ringsek pada bagian atasnya. Di sekitarnya juga terlihat tumpukan lembaran-lembaran baja wash tank lain yang dibiarkan tergeletak.

Jika tersisa cukup waktu, masih banyak yang bisa dikunjungi. Misalnya, meriam di halaman Wisma Patra, tempat pengintaian di ujung landasan Bandara Juwata Tarakan, hingga pompa-pompa angguk penyedot minyak yang tersebar. Tarakan, dulu, memang ”surga” minyak. (LUKAS ADI PRASETYA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com