Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arab Empang, Menapaki Perjalanan Si Rumah Panggung

Kompas.com - 19/05/2016, 22:09 WIB

JALAN-jalan ke Kota Bogor barangkali sudah biasa. Namun, buku Panduan Jelajah yang diterbitkan Yayasan Roemah Kahoeripan bisa mengantarkan kita menuju tempat-tempat bersejarah di ”Kota Hujan” ini. Salah satunya kawasan permukiman Arab di Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan.

Lokasi ini mudah dijangkau. Dari bundaran Bogor Trade Mall, kita menuju Jalan Raden Saleh. Ujung jalan ini adalah persimpangan alun-alun Empang yang ditandai dengan pohon karet kebo yang besar dan rindang.

Ketika memasuki Jalan Raden Saleh, di kanan kiri jalan itu terdapat banyak toko milik warga keturunan Arab. Toko itu menyediakan barang khas Timur Tengah atau India, seperti parfum, wewangian aroma terapi, kurma, dan perlengkapan atau oleh-oleh khas berhaji.

Di beberapa toko, ada peralatan ritual tertentu atau keparanormalan. Kalau pembicaraan dengan pedagang ”klik”, terungkaplah cerita-cerita unik akan barang-barang itu.

Di sini juga dijual kulit kambing atau sapi yang sudah siap dijadikan beduk, median kaligrafi, atau berbagai alat musik pukul. Satu set alat musik marawis juga tersedia.

Dari alun-alun, kita menuju Jalan Lolongok di sisi barat. Tepat di sebelah kiri, ada rumah yang diperkirakan dibuat ketika masa kolonial Belanda. Rumah yang masih terawat itu milik pribadi sehingga kita tidak bisa melihat bagian dalam rumah.

Masuk ke Jalan Lolongok, kita bisa menemukan rumah tua bergaya Betawi milik keluarga Assegaf.

”Rumah ini rumah warisan kakek-nenek kami. Saya tidak tahu kapan dibangunnya. Ini rumah panggung. Seluruhnya terbuat dari papan atau kayu. Sekarang kolongnya sudah ditutup dan lantai kayu dilapisi karpet agar kotoran dari bawah tidak masuk rumah,” kata Novel Assegaf, tuan rumah.

Assegaf menuturkan, dulu semua rumah di Jalan Lolongok adalah rumah panggung, baik dari kayu maupun batu. Rumahnya besar dengan halaman luas. Sekarang tidak ada rumah panggung, bahkan banyak yang berubah sama sekali.

Jika Assegaf sedang berdagang CD/DVD lagu dan kegiatan keagamaan di depan rumahnya, ia dengan senang hati membuka pintu rumah, memperbolehkan kita melihat ke dalam.

”Kami kurang ada dana untuk merawat rumah ini karena biayanya mahal. Namun, akan kami rawat sebisanya, agar rumah ini lestari,” ujarnya.

Betawi-kolonial

Rumah tua juga ada di Jalan Sedane, yang muara jalannya di alun-alun sisi utara. Rumah bergaya campuran Betawi dan kolonial itu milik keluarga Sehun Atuai. Di rumah itu tertera tanggal 1 Januari 1938, menandai tahun pembuatan rumah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com