Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pianemo Belum Terkenal, Homestay Ini Sudah Lebih Dulu Ada

Kompas.com - 20/05/2016, 09:46 WIB
I Made Asdhiana

Penulis

WAISAI, KOMPAS.com - Pertemuan dengan Elly Dimara terjadi secara kebetulan. Saat itu, Kamis (5/5/2016), KompasTravel berada di destinasi wisata Pianemo bersama peserta "Special Interest Diving Famtrip" media Perancis undangan Kementerian Pariwisata.

Saat speed boat sandar di dermaga Piaemo, ada salah satu peserta famtrip ingin ke toilet. Jawaban mengejutkan disampaikan oleh Sofyan, pegawai Dinas Pariwisata Raja Ampat yang memandu kami ke Pianemo. "Di sini belum ada toilet. Kalau ke toilet harus ke pulau sebelah," katanya.

"Duh... ke pulau sebelah? Lagi kebelet begini," pikir KompasTravel.

"Seharusnya toilet sudah ada di lokasi ini. Kasihan wisatawan yang baru tiba bingung nyari toilet," kata Made Wira Adikusuma, Kasubbid Perjalanan Minat Khusus dan Konvensi Asdep Pengembangan Pasar Eropa, Timur Tengah, Amerika, dan Afrika Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Wisatawan di Piaynemo Homestay, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Kamis (5/5/2016).
Namun keinginan buang air kecil pun terkesampingkan oleh rasa penasaran dan kekaguman akan keindahan Pianemo yang hari itu dipadati speed boat di dermaga. Penuh wisatawan. Wisatawan yang mau naik tangga untuk melihat panorama dari atas bukit dan mereka yang sudah turun berpapasan di dermaga.

Setelah puas menikmati keindahan Pianemo, akhirnya rombongan kembali menaiki speed boat. "Kita menuju pulau sebelah," kata Sofyan.

Pulau sebelah yang disebut Sofyan ternyata tak jauh dari dermaga Pianemo. Tak sampai 10 menit speed boat sudah merapat di dermaga yang di sana terpampang Piaynemo Homestay.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Piaynemo Homestay, di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Kamis (5/5/2016).
Sampai dermaga, peserta famtrip bergegas menuju toilet homestay yang berada di bagian belakang. Sambil berjalan menuju toilet, di bawah dermaga terlihat ikan-ikan berenang dengan bebas. Pohon bakau merupakan tempat terbaik untuk berkumpul ikan-ikan tersebut..

Atraksi paling heboh adalah saat petugas dapur homestay membuang sisa potongan ikan ke bawah dermaga. Seketika ikan-ikan saling berebut makanan. Waah... ramainya suara cipratan air akibat aksi rebutan makanan itu. Kadang anak hiu dijumpai di perairan sekitar homestay.

Makan siang sambil duduk di dermaga sungguh nikmat. "Coba turunkan kaki, taruh nasi di kaki. Goyang-goyangkan kaki. Nanti ikan-ikan itu akan menyemprotkan air," kata Sofyan.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Media Perancis peserta 'Special Interest Diving Famtrip' undangan Kementerian Pariwisata di Piaynemo Homestay, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Kamis (5/5/2016).
Benar juga. Saat kaki KompasTravel berayun-ayun di dermaga, tiba-tiba ikan menyemprotkan air. Kaget juga. Ikan-ikan itu menyemprotkan air setinggi 1 meter lebih demi makanan.

Yang menarik di homestay ini adalah penampilan sang pemilik, Elly Dimara. Laki-laki berambut putih, bercelana pendek ini selalu duduk dekat resepsionis dan memperhatikan tamu yang lalu lalang di depannya. Sepertinya mereka tidak tahu, bahwa inilah si pemilik homestay.

Kalau para pemandu wisata yang sedang mengantarkan tamu pasti tahu. Singgah di Piaynemo Homestay dan bertemu Elly, para pemandu wisata itu dengan ramah menyapa, "Selamat siang Oom..."

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Wisatawan di Piaynemo Homestay, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Kamis (5/5/2016).
KompasTravel pun sebelumnya tidak tahu siapa laki-laki bertelanjang kaki yang duduk di sana yang selalu memperhatikan tamu yang lewat menuju toilet. Tamu pikir, pasti laki-laki itu pegawai homestay. "Itu pak Elly, pemilik homestay ini," kata Sofyan.

Saat disapa KompasTravel, Elly Dimara menyambut dengan ramah. Senyumnya mengembang. "Apa kabar," katanya sambil menjabat tangan KompasTravel dengan hangat.

Elly mulai bertutur mendirikan penginapan ini pada 14 September 2011. "Saya memang kelahiran di sini tetapi waktu saya habis bekerja di perusahaan minyak lepas pantai," kata Elly yang lahir bulan Maret tahun 1950 ini.

Bekerja di perusahaan pengeboran minyak sejak 1973 membawa dirinya kerap berpindah dari satu kota kota lain. Mulai dari Aceh, Medan, Natuna, Riau, Kalimantan, hingga Sulawesi.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Elly Dimara di Piaynemo Homestay, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Kamis (5/5/2016).
Setelah merantau ke luar Papua, Elly balik ke kampung halamannya di Kampung Pam, Distrik Meos Mansuar, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Di sinilah awal Elly mendirikan penginapan dengan nama Piaynemo Homestay.

Elly menuturkan, nama "Piaynemo" berarti sambungan antara bagian kepala dan gagang harpun.

"Ide mendirikan tempat ini muncul saat melihat restoran dan homestay di Pulau Batam, Kepulauan Riau. Dari situ saya lantas berpikir, kenapa saya tidak mendirikan tempat seperti ini di Papua, kampung saya," tutur Elly dengan ramah.

"Waktu membangun homestay ini, Pianemo belum berkembang seperti sekarang. Masih sepi wisatawan," sambungnya.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Pantai yang masih alami di Piaynemo Homestay, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Kamis (5/5/2016).
Setelah homestay berdiri, lanjut Elly, tamu perama adalah wisatawan dari Kolumbia. Lantas muncul forografer dari Austria. Foto-foto keindahan Pianemo pun mulai tersebar ke mancanegara. Selanjutnya keindahan Pianemo dengan pulau-pulau karstnya itu semakin menjalar ke belahan dunia, termasuk di dalam negeri.

Saat ini Piaynemo Homestay baru memiliki 2 rumah, di mana masing-masing rumah memiliki 4 kamar dan dilengkapi toilet. "Tarifnya Rp 500 ribu per orang. Itu sudah makan 3 kali," kata Elly.

Jika ramai tamu, istri Elly yang tinggal di Sorong datang ke homestay untuk ikut membantu melayani tamu yang datang.

Setiap hari wisatawan yang datang ke homestay milik Elly ini adalah mereka yang sudah puas menikmati keindahan Pianemo setelah menaiki 320 anak tangga itu.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Dermaga di Piaynemo Homestay, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Kamis (5/5/2016).
Sebelum kembali ke Waisai, mereka akan singgah di Piaynemo Homestay untuk makan siang dan mencari toilet. Menurut Elly, para pemandu wisata itu biasanya memberikan uang karena telah memakai tempat tersebut untuk makan siang. Kadang wisatawan membawa makanan sendiri.

"Bayarnya terserah mereka," katanya. Biasanya para pemandu wisata memberikan uang Rp 300.000. Uang tersebut disumbangkan Elly untuk keperluan kampung dan gereja di Distrik Meos Mansuar.

Semakin siang, semakin ramai speed boat sandar di Piaynemo Homestay. Rombongan wisatawan pun bertambah banyak. Tujuan mereka untuk makan siang, melepas lelah, dan mencari toilet. Elly dengan tatapan sejuk dan senyum ramahnya selalu memperhatikan mereka yang datang...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com