Kepala ikan seukuran kelapa itu disajikan di dalam mangkuk jumbo dengan kuah melimpah hampir tumpah. Dipuncaki irisan tomat dan irisan daun bawang, aroma ikan langsung merangsang selera makan.
Rasa gurih kaldu ikan dipadu dengan bumbu dan rempah menjanjikan kelezatan khas. Ada sedikit rasa manis. Yang juga menantang ialah saat penikmat gombyang manyung terdorong untuk mengelupas daging-daging yang tersembunyi di antara tulang-tulang tengkorak ikan yang strukturnya demikian rumit itu.
Ada yang mencukilnya menggunakan garpu, ada juga yang memasukkan kelingkingnya. Belum juga berhasil, mereka menyedot dan mengisap tulang-tulang itu. sluurrrp… ah!
Menjaga kesegaran
Sensasi itulah yang memancing orang berbondong-bondong datang ke Panorama. Dalam sehari, Warto menghabiskan 2-3 kuintal kepala ikan manyung. Jumlah itu bertambah ketika libur hari besar seperti Tahun Baru atau Lebaran.
RM Panorama yang berdiri sembilan tahun lalu ini pun terus berkembang dan membesar. Kini rumah makan ini berkapasitas 600 orang dengan jumlah pegawai 47 orang. Pelanggannya bukan hanya orang Indramayu, melainkan juga datang dari sejumlah kota seperti Bandung, Cirebon, dan Jakarta.
Selain sensasi gurih, Warto menjaga kualitas gombyang manyung dengan hanya menggunakan kepala ikan manyung segar. Kebetulan, di Indramayu terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangsong. Di TPI inilah, ia mencari pasokan kepala ikan manyung segar.
Warto telah mengangkat reputasi gombyang manyung. Menu yang semula dianggap hanya sebagai penyambung hidup di musim paceklik kini menjadi buruan orang-orang kota. (MOHAMMAD HILMI FAIQ)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Mei 2016, di halaman 21 dengan judul "Gombyang Manyung Tiada Tara".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.