Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Sisa-sisa Peninggalan Sejarah di Pulo Geulis Kota Bogor

Kompas.com - 24/05/2016, 15:03 WIB
Muhammad Irzal A

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Di tengah Kota Bogor, tak jauh dari Tugu Kujang dan Kebun Raya Bogor ternyata berdiri sebuah pulau yang sangat bersejarah bagi beberapa agama, hingga leluhur kerajaan Sunda. Berkunjung ke tempat tersebut dapat menjadi alternatif wisata pendidikan, sejarah, religi, hingga hiburan pada beberapa perayaan tertentu.

Sebagian orang memang membayangkan bahwa sebuah pulau harus dikelilingi lautan. Namun, di Bogor, Sungai Ciliwung yang mengairi sebagian daratan Sunda harus terbelah dan menyatu kembali di satu tempat yang tidak jauh. Sehingga menyisakan sebongkah daratan yang disebut pulau atau orang Sunda dahulu menyebutnya pulo.

Pulo Geulis terletak tak jauh dari Kebun Raya Bogor, Tugu Kujang, dan Jalan Surya Kencana yang legendaris tersebut. Akses menuju lokasi tersebut dapat melewati dua jalur jembatan yang melintasi Sungai Ciliwung, yaitu dari Terminal Baranangsiang dan Suryakencana atau Pasar Bogor.

Saat berkunjung ke sana, KompasTravel direkomendasikan melewati Suryakencana, selain tidak terlalu membingungkan, juga bisa menikmati berbagai kuliner di jalan tersebut. Jika dari Stasiun Bogor cukup naik satu angkot 02 menuju Pasar Bogor, sedangkan dari keluar tol Jagorawi atau terminal Baranangsiang bisa menggunakan angkot 02 dengan rute sebaliknya, hanya 10 menit ke Pasar Bogor.

Menelusuri Jalan Suryakencana, Anda masuk melalui Jalan Roda Jaya, terletak berseberangan dengan Gang Aut. Jika melalui Pasar Bogor, juga berjalan ke Jalan Roda Jaya, hingga menemukan gapura masuk bertuliskan Kelurahan Babakan Pasar.

Masuklah ke sana dan tak terlalu rumit, tapi Anda perlu bertanya kepada warga sekitar. Tak lama dari sana jembatan panjang sekitar 20 meter menghantarkan Anda masuk ke gerbang pulau yang sarat akan sejarah.

Berhenti sejenak di tengah jembatan yang hanya memiliki lebar sekitar satu meter, Anda disuguhkan pemandangan yang menarik. Dari sana terlihat bentuk pulau yang membelah sungai, hanya sangat disesaki pemukiman warga, ujung pulau tersebut berarti ujung tembok rumah warga.

Hanya sekitar tiga menit setelah jembatan, langkah Anda akan terhenti di sebuah gerbang besi kuning, Vihara Maha Brahma. Masyarakat di sini juga mengenalnya dengan Kelenteng Pan Kho Bio. KompasTravel pun masuk dan disambut salah satu tokoh masyarakat di Pulo Geulis bernama Bram Abraham Halim. Ia meminta dipangil dengan sebutan Bram. 

Bram merupakan salah satu tokoh masyarakat yang mempelajari sejarah Pulo Geulis beserta ragam peninggalan bersejarahnya. Ia juga yang turut menjaga kelenteng serta dipercaya menjelaskan kepada wisatawan tentang Pulo Geulis.

Dari pertemuan inilah petualangan dimulai. Bram bercerita banyak sekaligus mengantarkan beberapa wisatawan ke tempat-tempat menarik.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Vihara Mahabrama dikenal sebagai klenteng Pan Kho Bio terletak di Pulo Geulis, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah. Didalamnya tak hanya peribadatan untuk agama Hindu, namuan terdapat berbagai petilasan dan tempat ibadah agama-agama lain.
Di wihara ini terdapat berbagai peninggalan sebagai bukti masa kejayaan penghuninya dari masa ke masa. Selain itu juga lengkap dengan peralatan peribadatan Islam dengan peralatan solat, Buddha dengan patung Dewi Kwan Im, dan Konghucu dengan altar berbagai dewanya. Tak heran tempat ini bertuliskan wihara, namun juga dikenal sebagai kelenteng dengan dewa Pan Kho.

Pertama masuk, Anda akan melihat berbagai hiolo (tampat menancapkan hio atau dupa yang dibakar) di pelataran hingga pintu masuk. Jendelanya pun sangat kental sentuhan Konghucu, dengan bentuk pat-kwa warna-warni. Lampion-lampion merah pun menghiasi langit-langit di ruangan utama kelenteng yang tak begitu luas ini.

Bram pun mengajak wisatawan ke batu besar berselimut kain hijau dengan motif bunga coklat di ruangan utama. Ternyata batu tersebut dipercaya sebagai petilasan Embah Raden Mangun Jaya, salah satu karuhun atau leluhur masyarakat tradisional Sunda, yang masih merupakan keturunan dari Raja Pajajaran.

Menghadap ke depan terdapat altar lengkap dengan deretan patung para dewa bagi kepercayaan Konghucu. Dewa Pan Kho sebagai tuan rumah kelenteng Pan Kho Bio pun terletak di tengah teratas.

Firdaus, salah satu spiritualis sekaligus penganut keyakinan Konghucu yang sedang berkunjung mengatakan Dewa Pan Kho merupakan dewa teratas dalam kepercayaannya. Ia pun heran, jika di kelenteng lain terdapat dewa rezeki, bumi, dan sebagainya, di sini Dewa Pan Kho yang merupakan dewa alam semesta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com