BOGOR, KOMPAS.com - Salah satu minuman tradisional khas Bogor yang kini sulit dijumpai ialah bir kotjok. Walaupun bernama bir, minuman tradisional ini tidak memabukkan, justru memiliki khasiat baik untuk kesehatan.
Menurut Eman, yang merupakan pewaris generasi ketiga resep tradisional ini mengatakan awal mula bir tersebut sejak tahun 1948. Abahnya atau kakek dalam bahasa Sunda menemukan racikan minuman untuk acara-acara perayaan pernikahan. Oleh sebab itu sempat dikenal denga nama bir penganten.
Karena tempat kelahirannya di sekitar kawasan pecinan Bogor, maka minuman tersebut laris digunakan untuk perayaan pernikahan etnis Tionghoa. “Mulai 1965 tuh baru dijual keliling sama abah, di sekitar Suryakencana-Pasar Bogor,” ujar Eman kepada KompasTravel saat mencoba racikan birnya, Selasa (24/5/2016).
Eman menuturkan, sejak saat itulah bir ini mulai dikenal dengan “Bir Kotjok Bogor si Abah”, dan tak hanya bagi perayaan warga Tionghoa, sampai sekarang sering untuk acara perpisahan, rapat pemerintah ataupun yang lainnya.
Usaha bir tersebut sempat dipegang sang bapak, sekitar tahun 1980-an, dan beroperasi di sekitar gerbang utama Kebun Raya Bogor. Mulai tahun 2008 resep tradisional racikan keluarganya itu resmi diturunkan kepadanya.
Inilah yang membuatnya menyehatkan, sekaligus “memabukkan” karena meminumnya tidak cukup sekali. Tak butuh pengawet untuk meraciknya, Eman percaya kandungan cengkih di dalamnya dapat berfungsi juga sebagai pengawet alami, walaupun hanya tahan dua hari.
Eman pun mempertontonkan aksinya membuat bir kepada KompasTravel dan pembeli lain. Bak bartender ia memainkan alat serupa dengan gayung alumunium yang dalam, mengaduk atau mengocok sari-sari rempah sehingga keluar buih putih dari airnya.
Setelah buih dirasa cukup, barulah Eman menuangkan ke gelas besar. Buih pun meluap keluar tampak seperti bir sungguhan yang dikocok oleh bartender, tapi yang ini bertuliskan alkohol nol persen dan akan membuat badan hangat.
Ia mengatakan busa yang dihasilkan berasal dari cengkeh bertemu kayu manis yang dikocok bersama es batu. Sepintas terlihat serupa dengan bir pletok khas betawi. Namun, Eman menjelaskan perbedaannya ada di bahan rempah yang digunakan, juga tidak menggunakan secang dan kapulaga.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.