Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Lorong Waktu Presiden RI dari Masa ke Masa di Balai Kirti Bogor

Kompas.com - 27/05/2016, 08:20 WIB
Muhammad Irzal A

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Hingga 2016 ini 70 tahun lebih Indonesia sudah berdiri, total enam presiden sudah purna tugas dalam mebangun kejayaan Indonesia hingga kini. Tentunya banyak hal-hal menarik mulai kata-kata mutiaranya, prestasinya memimpin Indonesia, hingga kebijakan kontroversial yang dibuatnya.

Melihat kiprah para presiden dari masa ke masa merupakan hal yang menarik untuk dipelajari bagi generasi muda saat ini. Perjalanan pemimpin RI tersebut dikemas menarik dalam Museum Kepresidenen RI Balai Kirti di Bogor, terlebih banyak barang-barang asli peninggalan presiden di sini.

Museum tersebut masih satu kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Namun untuk memasukinya di hari biasa, Anda tidak perlu lewat Istana Presiden, tapi dapat melewati gerbang tiga Istana yang langsung menghadap ke museum tersebut. Meski dapat diakses kapan pun oleh warga, untuk mengunjunginya perlu mengajukan surat elektronik kepada pengelola.

Museum ini berada di bagian belakang Istana Kepresidenan RI, yang merupakan satu-satunya museum khusus menyajikan tentang Presiden-presiden RI dari masa ke masa.

Pertama kali melihat museum ini, tak seperti pandangan KompasTravel terhadap museum pada umumnya. Megahnya bangunan berlapis kaca yang modern dengan eskalator yang menghubungkan kedua lantainya membuat hasrat berkunjung semakin besar. Benar saja, di dalam museum megah tersebut kita dapat belajar banyak tentang Presiden-presiden RI.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Seorang wisatawan, sedang mengamati deretan foto presiden RI dari 1945 Soeharto, hingga kini (2016) Joko Widodo, di Museum Balai Kirti Bogor.
Museum yang digagas presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono ini terdiri dari dua lantai. Di lantai pertama merupakan galeri kebangsaan, di mana terdapat naskah-naskah penting, studio audiovisual, dan patung keenam presiden Indonesia setinggi hingga 4 meter.

Selain itu, tembok-tembok di lantai pertama banyak yang berisikan ukiran naskah-naskah bersejarah seperti Proklamasi, Pembukaan UUD, Pancasila, hingga Sumpah Pemuda. Ada pun layar besar berukuran sekitar 12 meter persegi yang meyajikan perkembangan wilayah Indonesia sejak kemerdekaan.

Sedangkan lantai dua, merupakan galeri kepresidenan, 6 ruangan khusus presiden, dan satu ruangan diorama. Wisatawan dapat menelusuri ruangan ke ruangan seperti lorong waktu. Karena tiap ruangan dikhususkan untuk menyajikan berbagai hal dari satu presiden.

Salah satu yang membuat KompasTravel terkagum ialah banyak arsip-arsip negara, dan kelengkapan presiden yang asli. Walaupun beberapa banyak juga yang merupakan replika, beberapa benda asli di antaranya baju dinas beberapa presiden, batik Abdurahman Wahid, buku catatan tugas BJ Habibie, hingga mimbar presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Seorang wisatawan yang sedang berfoto di depan tilisan sumpah presiden RI, tempat ini berada di lantai dua gedung Balai Kirti, Bogor.
Petualangan dimulai dari ruang milik presiden pertama RI, Ir Soekarno. Ukiran dinding bertuliskan “Jas Merah” pidatonya tahun 1966 pun menyambut wisatawan. Terdapat baju kebanggaan Soekarno lengkap dengan lencana penghargaan dari berbagai tingkatan, lukisan besar setinggi dua meter, kumpulan fotonya bersama para petinggi negara, hingga layar TV 21 inch yang meyajikan tayangan kiprah Soekarno saat menjadi presiden.

Berlanjut ke ruang Soeharto, bagian ornamen yang ditampilkan hampir sama seperti baju dinas, tongkat komando, lukisan dan yang lainnya. Dalam tiga layar TV yang dapat dinikmati wisatawan, menampilkan kiprah Soeharto saat Indonesia mencapai swasembada pangan, hingga pembentukan ASEAN.

Berlanjut ke ruang BJ Habibie, salah satu yang menarik wisatawan ialah miniatur berbagai pesawat yang pernah digagasnya untuk Indonesia. Di sisi depannya pun terpajang elok buku catatan kerja asli semasa ia menjabat sebagai Presiden ketiga RI.

Jika di beberapa ruangan presiden yang terpajang ialah baju dinas kepresidenan, berbeda halnya di ruangan Abdurahman Wahid, atau Gus Dur. Terpajang batik dan kain sarung asli lengkap dengan peci dan tongkatnya. Di sisi kiri tertulis, Ini lah baju batik yang kerap dipakai presiden sekaligus bapak pluralisme Indonesia saat bekerja baik formal maupun nonformal.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Patung keenam mantan presiden RI di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti menghiasi etalasi di lantai pertama museum tersebut.
Di ruang Megawati Soekarno Putri juga terpajang segala atributnya ketika menjadi presiden, catatan perjalanan, kumpulan foto hingga penghargaan. Yang menjadi ciri khas ruangan ini ialah terpajangnya koleksi vas bunga dan perlengkapan minuman untuk menjamu tamu kenegaraan.

Sedang ruangan Susilo Bambang Yudhoyono, yang unik terdapat mimbar asli yang dipakainya saat berpidato. Ialah yang menggagas terbentuknya museum ini pada 2013, dan baru aktif beroperasi akhir 2014.

Sayangnya wisatawan tidak diperkenankan mengabadikan momen berfoto menggunakan apa pun di ruang-ruang kepresidenan tersebut. “Karena yang dipajang merupakan arsip penting negara, bisa dibilang rahasia,” ujar Abdurahman, salah seorang pemandu Museum Balai Kirti, Rabu (25/5/2016).

Bagi yang ingin menelusuri lorong waktu sejarah kepresidenan Indonesia, harus mengirimkan surat elektronik ke museumkepresidenanindonesia@gmail.com, tujuh hari sebelum kunjungan. Untuk info kunjungan dapat menghubungi (0251) 7561701.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Tampak bangunan penuh kaca dengan sentuhan museum modern.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com