Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulau Kisar Menyapa Lewat Pantai Kiasar

Kompas.com - 04/06/2016, 15:14 WIB

BUIH ombak beterbangan melintasi barikade karang yang berdiri kokoh memagari pulau itu. Di satu titik, melalui celah karang, air laut bertemu pasir halus. Keindahan alam itu terlihat di Pantai Kiasar di Pulau Kisar, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku, April 2016 lalu.

Karang selebar belasan meter itu seperti jadi saluran pelampiasan gelombang yang terus menubruk sisi Pulau Kisar. Melalui celah karang yang terbuka, air laut bebas masuk-keluar menyentuh daratan di balik karang. Deburan ombak memecah keheningan pantai. Siliran angin laut berpadu hawa sejuk, membuat suasana terasa asri.

Beberapa perahu dayung dan perahu motor berjejer di atas pasir di pantai. Pagi itu ada nelayan yang baru saja pulang melaut. Secara turun-temurun, pantai itu menjadi tempat aman perahu untuk berlindung dari hantaman gelombang ketika cuaca perairan buruk.

Konon, menurut warga setempat, melalui celah karang itu pula, pelaut Belanda pertama kali melihat penghuni pulau. Sebelumnya mereka mengira tidak ada kehidupan manusia. Jika mengitari Pulau Kisar dengan kapal laut, tak terlihat isi pulau karena terhalang batu karang yang berdiri mengelilingi.

”Ketika orang Belanda datang dan bertemu warga di pantai ini, mereka bertanya, tempat ini namanya apa? Warga menjawab, Kiasar. Orang Belanda kemudian menamakan pulau ini sesuai dengan nama pantai, tetapi mereka juga keliru. Kiasar malah disebut menjadi Kisar,” tutur Marthin Dahoklory (30), warga setempat.

Pada masa lampau, Pantai Kiasar menjadi tempat berlangsungnya perdagangan barter antara penduduk Kisar dan warga Pulau Timor, di wilayah yang kini masuk negara Timor-Leste.

Dari pantai itu terlihat jelas wilayah Distrik Lautem, Timor-Leste, yang berjarak tidak lebih dari 15 mil laut atau 27,78 kilometer. Apabila menggunakan perahu motor, waktu tempuh dari Kisar ke Lautem sekitar 3 jam.

Hubungan yang terjalin lewat perdagangan di tempat itu telah melahirkan kesamaan bahasa antara Desa Oirata di Pulau Kisar dan beberapa desa di Lautem. Mereka menggunakan bahasa Pataluku.

Kepala Desa Oirata, Joni R Ratulohain, mengungkap hal itu. Joni pernah tinggal di Lautem selama beberapa tahun sebelum gejolak politik hingga kemerdekaan Timor-Leste.

Ikon wisata

Kini, pantai bersejarah di Desa Oirata itu telah berubah menjadi ikon pariwisata di Kisar. Dengan swadaya masyarakat, lokasi itu mulai ditata. Sudah dibangun jalan beton penghubung Pantai Kiasar dengan jalan raya. Beberapa gazebo juga didirikan. Lokasi yang jauh dari permukiman warga itu menyuguhkan keheningan sehingga cocok untuk berkontemplasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com