Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emiliana Kopa, Menjaga Tenun, Merawat Bena

Kompas.com - 17/06/2016, 17:22 WIB

Sanitasi

Di Bena, perempuan memegang peranan penting, baik dalam keluarga maupun masyarakat (matriarkat). Menurut Emi, secara turun-temurun warga berusaha melestarikan kampung Bena. Namun, pendidikan dan pentingnya sanitasi bagi kesehatan warga perlu ditingkatkan.

Apalagi sebagai salah satu tujuan wisata di Flores, Kampung Bena setiap tahun didatangi 24.000-25.000 wisatawan. Dibantu pengurus kampung lainnya, Emi berusaha memberi contoh pentingnya sanitasi dalam kehidupan sehari-hari, seperti mencuci tangan dan hanya mengonsumsi air minum yang dimasak.

Tahun 2011, dia mendirikan semacam toko suvenir Kampung Bena. Harapannya, hasil kerajinan tangan warga Bena bisa dipasarkan dengan standar harga sama. Namun, toko itu tak bertahan karena tak semua warga mau menitipkan hasil karyanya di sini.

”Perbedaan harga sering menimbulkan masalah meski sebelumnya kami sudah sepakat. Harga selendang, misalnya, Rp 400.000. Namun, karena kebutuhan mendesak, ada petenun yang menjual selendangnya di bawah harga standar,” ceritanya.

Padahal, di kalangan turis asing, masalah harga bisa sensitif. Mereka merasa ditipu saat tahu ada turis lain yang membeli suvenir dengan harga lebih murah.

”Tamu jadi marah karena merasa dibohongi. Harus muncul kesadaran di antara warga tentang pentingnya standar harga yang sama. Di sisi lain, saya bisa memaklumi, setiap keluarga punya keperluan mendesak.”

Tahun 2015, Emi bergabung menjadi ibu inspirasi yang dikelola LSM Kopernik. Kopernik membantu warga lewat pengadaan teknologi tepat guna dengan melibatkan para mama. Misalnya, kompor ramah lingkungan sebagai pengganti tungku kayu, saringan air bersih, dan lampu tenaga surya.

”Di sini listrik sering mati, dan masih banyak warga yang memasak dengan tungku kayu,” kata Emi. Awalnya dia membeli kompor ramah lingkungan dan lampu tenaga surya. Hasilnya, pengeluaran rumah tangga lebih hemat, Emi pun punya lebih banyak waktu untuk menenun.

”Kalau biasanya sekali memasak saya menghabiskan sepikul kayu, dengan kompor ramah lingkungan bisa untuk satu minggu,” ujar Emi yang bisa menenun lebih lama di malam hari dengan lampu tenaga surya. Dia menggunakan dan merasakan manfaat alat teknologi tepat guna itu, sebelum kemudian memperkenalkannya kepada warga Bena.

Awalnya, setiap hari Kamis, hari pasaran di Jerebuu, saat banyak warga berkumpul, dia melakukan demo penggunaan alat teknologi tepat guna tersebut.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com