Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyelisik Misi Rahasia Soekarno di Gedung Perundingan Linggarjati Kuningan

Kompas.com - 09/07/2016, 18:05 WIB
Muhammad Irzal Adikurnia

Penulis

KUNINGAN, KOMPAS.com - Berlibur ke daerah Kuningan, Jawa Barat tak lengkap rasanya jika Anda tidak mengunjungi salah satu landmark yang merupakan bagian dari sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia, yaitu Gedung Perundingan Linggarjati.

Wilayah gedung perundingan seluas 2,4 hektar ini berada di Desa Linggarjati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan. Dapat ditempuh selama 40 menit dari gerbang tol Ciperna, melewati Jalan Raya Beber dan Cilimus.

Menuju Gedung Perundingan Linggarjati, wisatawan akan disuguhkan pemandangan hijaunya kaki Gunung Ciremai. Hamparan persawahan, lahan hijau masih mendominasi di desa yang kerap dipadati wisatawan saat libur Lebaran tersebut.

Wisatawan pun dapat singgah di berbagai destinasi wisata alam sebelum sampai ke gedung perundingan. Selain gedung perundingan, di desa ini banyak tersedia wisata alam mulai pemancingan, waterboom, hingga vila-vila yang menyuguhkan pemandangan alam yang ciamik.

Udara sejuk pegunungan pun menyapu Anda sesampainya di depan bangunan bersejarah tersebut, sore itu, Jumat (8/7/2016). Setelah membayar tiket masuk Rp 3.000, diorama besar menggambarkan detik-detik terjadinya perundingan tersebut menyambut KompasTravel beserta wisatawan lain.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Ruangan pertama ialah ruang tempat perundingan, terdapat empat meja hijau panjang lengkap dengan nama-nama sang kuasa dari setiap kursinya.
“Ini gambaran kejadian aslinya dulu, sebelah barat tempat delegasi Indonesia, sebelah timur delegasi Belanda,” ujar Iwan Setiawan, salah satu pemandu wisata di museum tersebut kepada belasan wisatawan yang memadati ruang pertama, Jumat (8/7/2016).

Ruangan pertama ialah ruang tempat perundingan, terdapat empat meja hijau panjang lengkap dengan nama-nama sang kuasa dari setiap kursinya. Di tempat itulah Perdana Menteri Indonesia kala itu, Sultan Syahrir dan delegasi yang lain memperjuangkan nasib bangsa di depan Willem Schermerhorn, pemimpin delegasi Belanda.

Puluhan foto hitam-putih berpigura kayu, masih terawat dengan apik menghiasi sebagian besar dinding gedung. Iwan menceritakan dengan gamblang beberapa foto yang terpajang di ruangan. Puluhan foto didominasi aktivitas perundingan, mulai perdebatan, penandatanganan, pidato, hingga coffee break.

Hampir semua foto didapat dari arsip Belanda. Sebab juru foto dan jurnalis yang meliput kala itu hanya dari media asing. Iwan mengatakan, bebrapa kali gedung tersebut dikunjungi tamu dari pemerintahan Belanda. Selain dokumen, mereka memberikan souvenir untuk menghias ruangan gedung tersebut.

“Ini foto Mr. Maria Ulfah Santoso, yang menginisiasi tempat perundingan di Linggarjati. Gelar Mr itu bukan mister tapi sarjana hukum di luar negeri saat itu, dia sarjana hukum pertama Indonesia, anak Bupati Kuningan, dan saat itu Menteri Sosial Indonesia,” ujar Iwan.

Selain foto yang yang membuat bangunan ini bernilai sejarah tinggi ialah berbagai ornamen dan bendanya yang masih asli dan terjaga. Hampir setiap ruangan umum memiliki benda asli sejak zaman perundingan.

Benda-benda asli tersebut di antaranya piano, jam besar yang dipakai untuk menentukan waktu saat perundingan, sofa untuk coffee break, lemari-lemari di beberapa kamar, dan masih banyak lagi.

Salah satu ruangan yang menyimpan banyak benda asli ialah ruang makan delegasi, terhitung meja makan dan kursi-kursi serta lemari masih dalam kondisi asli. Tentu saja penting bagi pengunjung untuk menjaganya dengan tidak menyentuh aset sejarah tersebut.

Beranjak ke bagian belakang, inilah ruangan terakhir, tempat Presiden Soekarno kala itu singgah dan menjalankan misi rahasianya. Di sana terdapat ruang tidur Lord Killearn, seorang mediator perundingan asal Inggris yang dikirim oleh pemerintah Inggris, dan ruang tamu kecil tempat Soekarno dan Lord berbicara empat mata.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Di bagian belakang gedung, terdapat ruangan terakhir, dimana tempat Presiden Soekarno kala itu singgah dan menjalankan misi rahasianya, berbicara empat mata dengan Lord Killearn.
Menurut Iwan, bersumber dari berbagai saksi sejarah Indonesia kala itu, Presiden Soekarno sempat singgah di gedung ini pada 10 Nevenmer 1946, sebelum perundingan berlangsung. Ia hanya singah sebentar dan bertemu sang mediator untuk melakukan perbincangan empat mata.

“Gak ada yang tahu apa yang dibicarakan Presidan dulu, banyak yang bilang itu intervensi agar perundingan menghasilkan keputusan. Supaya gak kaya perundingan sebelumnya di Belanda yang buntu,” jelas Iwan.

Walaupun tidak ada yang mengetahui isi perbincangan, beberapa orang melihat pertemuan tersebut, salah satunya Gubernur DKI Jakarta kala itu, Henk Ngantung. Henk melukiskannya di atas kertas dan dipajang rapi di ruangan terseut.

Di akhir sesi pemandu pun menjelaskan beberapa foto perjalanan gedung tersebut. Mulai dari tahun 1918, berdiri gubuk milik Ibu Jasitem di lokasi tersebut. Sempat dimiliki oleh saudagar gula dari Belanda bernama Mergen, ditahun 1921, ia merombak gubuk menjadi bangunan semipermanen. Foto seorang Belanda, Jacobus Van Os yang membangun gedung tersebut secara permanen pun terpampang di dinding bangunan.

Wisatawan dapat membeli buku-buku keterangan sejarah perundingan Linggarjati sebagai cinderamata, seharga Rp 5.000. Did alamnya tertulis lengkap sejarah, kronologis, profil, dan masih banyak lagi. Tak lupa foto-foto ketika perjanjian tersebut berlangsung pun dapat Anda nikmati buku tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com