Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/07/2016, 19:01 WIB
|
EditorNi Luh Made Pertiwi F

SOLOK, KOMPAS.com - Asap belerang dari kawah Gunung Talang terlihat terus mengepul pada Rabu (1/6/2016) pagi. Aromanya menyengat menusuk hidung. Saya terpaksa  menutup hidung demi terhindar dari resiko sesak nafas akibat menghirup gas sulfur dioxide.

Di sebelah kiri jalur menuju puncak, pemandu pendakian Gunung Talang, Emon Rialdy menunjukkan kepada saya, bentangan kawah lain yang ada di Gunung Talang. Kawah itu adalah jejak letusan Gunung Talang pada masa silam. Asap-asap yang keluar dari badan Gunung Talang hingga saat ini masih terus keluar.

"Dulu tahun 2005 Gunung Talang pernah meletus. Warga-warga mengungsi," kenang Emon.

(Baca juga: Tips Mendaki Gunung Talang Via Jalur Ai Batumbuk)

Gunung Talang terletak melintasi tiga kecamatan yakni Gunung Talang, Danau Kembar dan Lembang Jaya di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Gunung dengan ketinggian 2.597 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini bertipe gunung api tipe A yang masih menunjukkan kegiatan vulkanis yang aktif, pernah, dan masih mengeluarkan bahan-bahan vulkanis berupa gas, cair, dan padatan.

KOMPAS.com / Wahyu Adityo Prodjo Pendaki melewati Kawah Utama Gunung Talang, Solok, Sumatera Barat, Rabu (1/6/2/2016). Kawah Utama adalah salah satu sumber aktivitas vulkanis Gunung Talang yang terbentuk akibat letusan pada 12 April 2005.
Peneliti dari Universitas Andalas Padang, Dian Fiantis (2006) dalam artikel penelitian tentang Gunung Talang menyebutkan letusan terjadi dari kawah yang berasal dari punggung Gunung Talang pada tanggal 12 April 2005. Peristiwa tersebut didahului oleh oleh gempa vulkanik berkekuatan sekitar 5.5 Skala Richter pukul 04.15 WIB.

"Letusan yang terjadi mengeluarkan asap hitam dan percikan api dari magma pijar yang mendesak keluar dari sumbatan pipa magma. Dari punggung Gunung Talang terlempar debu dan pasir vulkanis yang menutupi permukaan tanah dan tanaman yang berada pada lereng tengah dan bawah Gunung Talang," tulis Fiantis.

Hal itu menyebabkan vegetasi-vegetasi di seputar Gunung Talang terbakar dan terlihat seperti panorama Hutan Mati di Gunung Papandayan, Garut. Saya melihat vegetasi tersebut ketika melintasi jalur dari puncak punggung gunung selepas Rambu 54 melewati Kawah Utama.

"Dulu terbakar semua pohonnya di sini. Makanya jadi mati pohon-pohonnya," tukas Emon.

KOMPAS.com / Wahyu Adityo Prodjo Pendaki melewati area hutan mati Gunung Talang, Solok, Sumatera Barat, Rabu (1/6/2016). Letusan Gunung Talang mengakibatkan tumbuhan pohon terbakar dan terlihat seperti hutan mati.
Peneliti geologi E. Kriswati, Y. E. Pamitro, dan A. Basuki (2010) dalam Jurnal Geologi Indonesia Vol. 5 mengutip Effendi (1990) menyebutkan sejarah aktivitas vulkanik Gunung Talang
menunjukkan bahwa gunung api tersebut mempunyai periode erupsi yang relatif panjang, dengan interval terpendek 2 tahun dan terpanjang 40 tahun.

Dalam catatan sejarah, diketahui bahwa erupsi besar bersifat magmatis terjadi pada tahun  1833, 1843, 1845, dan 1883. Peningkatan kegiatan yang tercatat setelah erupsi tahun 1883 adalah 1963, 1967, 1972, 1980–1981, 2001, 2003, 2005, 2006, dan 2007.

Jejak-jejak letusan Gunung Talang juga dapat terlihat dari kawah-kawah yang ada. Di dekat puncak Gunung Talang, Emon menunjukkan kawah-kawah lain yang ia tak bisa sebutkan persis namanya.

(Baca juga: Mendaki Gunung Talang, Pesona Tiga Danau di Bumi Rendang)

Langkah kaki juga dipersulit oleh batuan-batuan sisa letusan Gunung Talang. Warna putih dari batuan-batuan aneka ukuran mewarnai sepatu saya. Debu-debu bertebangan tatkala saya melintasi jalur pendakian dekat kawah.

Peneliti geologi dalam jurnal menyebutkan, sekitar Gunung Talang, aktivitas vulkanis Gunung Talang bisa terlihat di antaranya di Kawah Utama, Kawah Selatan, Kepundan Panjang, Gabuo Atas, Gabuo Bawah, dan Air Panas Batu Bajanjang. Dalam kondisi normal kegiatan di Kawah Utama dan Kawah Selatan menghembuskan asap berwarna tipis-tebal dengan tekanan lemah dan sedang.

KOMPAS.com / Wahyu Adityo Prodjo Sisa pepohonan mati akibat letusan vulkanik Gunung Talang di sisi lembah dilihat dari puncak Gunung Talang, Solok, Sumatera Barat, Rabu (1/6/2016). Letusan vulkanik Gunung Talang menyebabkan vegetasi di beberapa titik gunung mengalami kebakaran dan tak bisa tumbuh kembali.
"Yakin mau menyeberang? Kita harus cepat melewati asap kawah. Ini juga lihat arah mata angin," ujar Emon saat berada di tepi Kawah Utama.

Saya langsung menyeberang dengan cepat dan hanya memfokuskan pandangan ke arah depan. Sungguh asap belerang terasa tajam menusuk hidung.

Momen-momen matahari terbit adalah hal yang saya cari. Namun, jejak-jejak letusan Gunung Talang juga berhasil menyihir pandang. Ya, karena tak hanya kawah belerang dan hutan mati yang menyambut sebelum puncak Gunung Talang.

Pemandangan jejak pohon-pohon yang terbakar karena letusan juga masih terlihat ketika saya berada di punggung puncak Gunung Talang. Di lembah yang terjal, dahan-dahan pohon kehitaman terlihat jelas menghiasi rerumputan hijau. Selain itu, di sekitar Rambu 54 juga masih terlihat pepohonan yang mati.

Foto-foto pendakian Gunung Talang bisa dilihat di Galeri Foto "Asyiknya Mendaki Gunung Talang di Sumbar".

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Kurma dan Coklat, Produk Oleh-oleh Haji Paling Populer di Pasar Tanah Abang

Kurma dan Coklat, Produk Oleh-oleh Haji Paling Populer di Pasar Tanah Abang

Travel Update
Omah Prahu 99, Tempat Nongkrong Asyik dengan Panorama Sunset Waduk Cengklik Boyolali

Omah Prahu 99, Tempat Nongkrong Asyik dengan Panorama Sunset Waduk Cengklik Boyolali

Jalan Jalan
Kisah Penjual Musik Lawas di Pasar Barang Antik, Malah Berharap Dagangan Tak Cepat Habis

Kisah Penjual Musik Lawas di Pasar Barang Antik, Malah Berharap Dagangan Tak Cepat Habis

Hotel Story
3 Air Terjun di Kabupaten Biak Numfor, Tak Jauh dari Pusat Kota

3 Air Terjun di Kabupaten Biak Numfor, Tak Jauh dari Pusat Kota

Jalan Jalan
Tempat Beli Oleh-oleh Haji di Pasar Tanah Abang, di Mana Lokasinya?

Tempat Beli Oleh-oleh Haji di Pasar Tanah Abang, di Mana Lokasinya?

Jalan Jalan
Sejarah Stasiun Rangkasbitung, Urat Nadi Perekonomian Rakyat Banten

Sejarah Stasiun Rangkasbitung, Urat Nadi Perekonomian Rakyat Banten

Travel Update
Awas Bisa Dipidana, Ini 18 Larangan dan Sanksi pada Pendakian Gunung Prau via Dieng

Awas Bisa Dipidana, Ini 18 Larangan dan Sanksi pada Pendakian Gunung Prau via Dieng

Travel Update
AP I Layani 6,2 Juta Penumpang pada Mei 2023, Tertinggi sejak Pandemi

AP I Layani 6,2 Juta Penumpang pada Mei 2023, Tertinggi sejak Pandemi

Travel Update
3 Spot Diving di Biak Numfor Papua, Bisa Lihat Bangkai Pesawat

3 Spot Diving di Biak Numfor Papua, Bisa Lihat Bangkai Pesawat

Jalan Jalan
Mengenal Danau Ranau, Lokasi Sport Tourism di Sumatera Selatan

Mengenal Danau Ranau, Lokasi Sport Tourism di Sumatera Selatan

Jalan Jalan
Dikunjungi Jokowi, Ketahui 5 Fakta Pasar Chow Kit di Malaysia

Dikunjungi Jokowi, Ketahui 5 Fakta Pasar Chow Kit di Malaysia

Jalan Jalan
Ada Balap Sepeda Sambil Nikmati Danau Ranau di Sumatera Selatan

Ada Balap Sepeda Sambil Nikmati Danau Ranau di Sumatera Selatan

Travel Update
Harga Tiket Pesawat ke Yogyakarta dari Jakarta PP per Juni 2023

Harga Tiket Pesawat ke Yogyakarta dari Jakarta PP per Juni 2023

Travel Update
Batik Air Terbang Langsung dari Kualanamu ke Chennai per Agustus 2023

Batik Air Terbang Langsung dari Kualanamu ke Chennai per Agustus 2023

Travel Update
3 Tips ke Pasar Barang Antik Jalan Surabaya, Cari Tahu Sebelum Beli

3 Tips ke Pasar Barang Antik Jalan Surabaya, Cari Tahu Sebelum Beli

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com