“Coffee (Kopi)?” ujarnya dengan wajah bingung.
Entah dia mengerti kata-kata saya atau tidak, saya mungkin terlihat seperti antitesis mayoritas pengunjung di kopitiam itu. Saya adalah pria muda mengenakan kemeja hitam yang rapi baru disetrika, menenteng kamera, rambut panjang digerai. Sedangkan pengunjung lainnya rata-rata kakek-kakek usia 60 tahun, berkaus oblong atau polo shirt.
“Yeah, I mean butter coffee. You have it, right? (Ya, maksud saya kopi mentega. Anda punya, kan?)” lanjut saya.
Dia pun mengangguk dan menjawab, “Yeah, butter coffee. One or two? Bread? Toasted bread? (Ya, kopi mentega. Satu atau dua? Roti? Roti panggang?)”.
Oke. Komunikasi kami sudah terjalin. Setelah kikuk selama beberapa detik itu, akhirnya kami saling memahami dan dia mulai membuat pesanan saya tanpa bicara sepatah kata pun. Segelas butter coffee dan dua piring roti panggang.
Kopi Hitam Kekuningan
Saya membayangkan betapa kopitiam ini begitu keras dan tak mau berubah menyesuaikan berbagai tuntutan zaman. Berjualan kopi selama 41 tahun bukan waktu yang singkat, bukan? Apalagi melakukannya tanpa menyelipkan perubahan.
Saat berkunjung ke kedai kopi ini, saya dan mungkin Anda suatu saat nanti, masih akan menemukan kakek tua bercelana pajama yang sama. Entah sampai kapan.
Sementara itu, kopitiam lain yang punya wujud seperti Heap Seng Leong rata-rata sudah menghilang atau bertransformasi dengan mendirikan berbagai cabang dan franchise di seluruh dunia. Sebut saja Killiney Kopitiam atau Ya Kun Kaya Toast, dua contoh kopitiam populer Singapura kini mudah ditemukan di Indonesia dan beberapa penjuru dunia dalam bentuk franchise atau cabang.
Selain kopitiam seperti dua merek tersebut, penyaji kopi yang lain adalah micro roastery seperti Highlander atau Nylon dan kedai besar sejenis Starbucks. Penyaji kopi yang disebut belakangan ini punya konsep berbeda dengan biji-biji kopi dari berbagai belahan dunia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.