SUKOHARJO, KOMPAS.com – Bunga-bunga api bertebaran ke segala arah di sebuah ruangan nan temaran. Di lantai yang masih berbahan tanah, seorang pekerja tampak serius memegang dua cagak untuk mengendalikan laju putaran bahan gamelan yang dipanaskan.
Kemudian, lima orang segera merapat dan empat di antaranya memegang palu godam. Sementara, satu lainnya memegang penutup dari kulit pisang yang diarahkan dekat bahan gamelan.
“Tang... Teng... Tung... Tang... Teng... Tung,” begitulah suara yang terdengar.
Hawa panas dari bara api yang memancar berhasil membuat peluh-peluh bercucuran. Perajin gamelan terus melakukan rutinitasnya sampai menjelang sore hari.
Dari mulai lempengan bahan gamelan berbahan tembaga dan besi, dipanaskan di bara api, dibentuk menjadi gamelan, dan kembali ke fase dipanaskan. Jika telah memiliki bentuk, gamelan akan dihaluskan menggunakan mesin gerinda.
Sesama perajin gamelan terlihat akrab saat bekerja di tempat yang bisa disebut bengkel itu. Tak jarang mereka bercanda tawa di tengah hawa panas ruangan gelap itu.
Itulah yang aktivitas yang tampak di rumah pembuatan gamelan di Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, pada Kamis (21/7/2016) lalu. Sebuah desa yang telah dikenal sebagai penghasil gamelan sejak dulu.
KompasTravel sempat datang dan melihat pembuatan gamelan di rumah Pak Saroyo ketika mengikuti paket wisata Accor Solo Heritage Cycling beberapa waktu yang lalu. Bengkel pembuatan gamelan berada di belakang rumah Pak Saroyo.
Sejak berada di dalam area rumah Pak Saroyo, bunyi-bunyi besi beradu telah terdengar. Di dalam rumah Pak Saroyo sendiri tergeletak gamelan-gamelan yang telah diproses.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan