Wisata edukasi
Tak hanya bisa melihat proses pembuatan gamelan, wisatawan juga bisa bertanya-tanya dengan para perajin gamelan. Mulai dari perhitungan bahan tembaga dan besi yang dibutuhkan, urutan pembuatan, dan juga tentu tentang kebiasaan-kebiasaan lain.
Salah satu pekerja pembuat gamelan di Rumah Pak Saroyo, Seno (45) menjelaskan satu contoh kasus dalam pembuatan gamelan yakni tempul. Ia menyebutkan, tempul adalah salah satu alat musik gamelan yang biasa diproduksi di bengkel.
“Lempeng itu bahannya dari besi dan tembaga dari bekas kabel AC. Kemudian dilebur dan dicetak sampe beku. Jadi lempeng, dipukul dan dibentuk gamelan terus sampe selesai,” ungkap Seno kepada KompasTravel.
Dalam pembuatan gamelan, perhitungan untuk menentukan jenis gamelan yang akan dibuat sangat diperlukan. Seno menyebut, untuk membuat sebuah tempul dengan ukuran diameter 55 centimeter (cm).
Dalam satu hari, pekerja-pekerja bisa membuat dua buah tempul dalam waktu empat jam dengan syarat tanpa hambatan. Namun, Seno menjelaskan, terkadang tempul atau gamelan lain yang dibuat mengalami retak dan bolong.
"Nah, kalau bolong jadi harus dilas atau ditambal dulu. Itu bisa kena waktu enam jam," jelasnya.
Sementara, untuk ukuran diameter di atas 70 cm sudah termasuk gong dan memerlukan waktu sekitar 1,5 hari pembuatan. Bahan tembaga dan timah yang diperlukan juga dipastikan meningkat sejalan dengan ukuran yang akan dibuat.
Nah, sejak tahun 1950 industri gamelan Desa Wirun, bunyi gong terus menggema di tepi Kota Surakarta. Di tengah modernisasi alat musik digital, budaya gamelan tetap bisa dilihat di daerah pembuatannya dan tak hilang digerus waktu.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan