YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Sungai Oyo di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti pinggul remaja yang sedang menari. Ngarainya seolah muncul dari pertemuan kaki dua bukit, melenggok lebar dua kali, lalu mengalir panjang.
Yogyakarta sedang terik selepas makan siang, saat itu. Air Sungai Oyo jadi sangat jelas biru kehijauan saat sedang surut, batu dan pasirnya membentuk endapan coklat susu, dan tampak beberapa bagian seolah delta dari endapan.
Jembatan gantung warna kuning terlihat sangat kecil dari kejauhan, tampak menghubungkan dua permukiman mungil yang dipisah sungai. Menyusuri dengan mata keseluruhan ngarai, kedalaman lembah, kelokan sungai, hamparan hijau, dan pemukiman kecil rasanya benar-benar mengenyangkan mata akan keindahan.
"Semua pemandangan ini bisa terekam sekaligus kalau difoto pakai kamera dengan lensa fisheye," kata Purwanti, pengunjung yang datang dari Jakarta.
Pemandangan sungai menari ini bisa dilihat dan diabadikan dari tepi sebuah bukit yang jadi satu dengan kawasan yang dinamai Kebun Buah Mangunan. Berada di ketinggian 150-200 mdpl, kelokan sungai itu merupakan panorama yang puas dipandang.
Tak heran, rata-rata pengunjung yang datang ke tempat ini, hampir dipastikan membawa tongsis alias monopod agar bisa berfoto bersama secara puas di tempat ini.
Untuk memaksimalkan para pengunjung yang ingin selfie, pengelola juga membikin beberapa gardu pandang di sana. Mereka bisa berfoto dengan latar belakang pemandangan yang indah. Lokasi ini dinamai Kebun Buah Mangunan, terletak di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Satu jam perjalanan dengan motor dari bandara, lalu ke arah kota Bantul, kemudian cari Kecamatan Dlingo, di situlah kebun buahnya," kata Mas Prasetyo, warga Yogyakarta.
Datang ke sana tak sulit. Kawasan ini tak jauh dari Hutan Pinus Dlingo di kecamatan yang sama. Kedua lokasi wisata ini cuma dipisah 20 menit perjalanan darat. Hanya saja jalan yang ditempuh cukup tinggi menanjak.
Jalur yang dilalui pun cukup sempit. Perlu kelihaian sopir agar tak bersenggolan dengan kendaraan lain yang melintas berlawanan arah.
Masuk ke Kebun Buah Mangunan, wisatawan cukup merogoh kocek Rp 5.000 per orang. Kawasan itu memiliki diri dengan camping ground, homestay, gazebo, hingga play ground, kantor pengelola, dan tempat pembibitan tanaman.
Dari situlah terlihat panjang kelokan sungai, jembatan gantung warna kuning ini sebagai satu-satunya yang menghubungkan Desa Sri Harjo dengan Desa Selopamioro. Konon, kekuatan panorama ngarai sungai bisa didapat saat tertutup kabut putih. Hamparan hutan yang hijau dengan kabut putih serasa seperti lukisan hidup dan meliuk-liuk.
Saat senja menjelang, pengunjung katanya bisa menyaksikan matahari terbenam keemasan yang sangat indah. Panorama boleh saja jadi andalan, tetapi Kebun Buah Mangunan juga tidak kalah apik.
Berwisata ke kebun buah bersama keluarga tentunya akan menjadi hal menyenangkan dan memberi pengalaman lebih. Apalagi jika bertepatan dengan musim panen buah, pengunjung bisa bersama-sama ikut memanen buah-buahan yang ada.
Semi juga menjual jajanan tiwul di sekitaran gardu pandang, aktivitas lain dirinya saat tidak berkebun. "Tapi terlambat kalau sekarang. Waktu panen sudah lewat pada Maret sampai Mei kemarin. Sekarang tinggal jeruk, tapi belum bisa dipanen," kata Semi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.